Industri Produk Kayu Olahan: Strategi Kebijakan Pengembangan Pasar Domestik Kayu Olahan dan Penguatan Peran Kayu di Sektor Konstruksi
Sesi Diskusi Penguatan Peran Kayu di Sektor Konstruksi Lokus Provinsi Jawa Timur di Pasuruan, pada Kamis (27/06/2024).
Kondisi pasar dalam negeri produk kayu olahan mengalami pertumbuhan yang lambat dan pangsa pasar yang kecil. Hal ini menandakan adanya tantangan besar yang harus diatasi dalam meningkatkan daya saing dan potensi pertumbuhan industri ini.
Kondisi pasar dalam negeri produk kayu olahan mengalami pertumbuhan yang lambat dan pangsa pasar yang kecil. Hal ini menandakan adanya tantangan besar yang harus diatasi dalam meningkatkan daya saing dan potensi pertumbuhan industri ini.
Situasi tersebut diungkapkan oleh Bramasto Nugroho, Konsultan Nasional ITTO Project 928/22 Rev (1), dalam paparan pada acara “Focus Group Discussion (FGD): Strategi Nasional, Pembentukan Forum Komunikasi Pengembangan Pasar Domestik Kayu Olahan, dan Penguatan Peran Kayu di Sektor Konstruksi Lokus Provinsi Jawa Timur,” di Balai Senat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada Rabu (26/06/2024) dan “Penguatan Peran Kayu di Sektor Konstruksi Lokus Provinsi Jawa Timur” di Pasuruan pada Kamis (27/06/2024).
FGD tersebut dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Direktorat BPPHH dari KLHK, Koordinator Project ITTO 928 Dr. Rina Kristanti, serta para stakeholder lokal seperti DISPERINDAG, KADIN Pasuruan, Dinas PTSP, dan para pelaku industri menengah dan kecil (IKM) produk kayu serta Asosiasi Industri Kayu Pasuruan.
Bramasto Nugroho menegaskan bahwa diperlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing produk kayu olahan.
“Strategi yang dapat diimplementasikan mencakup penetrasi pasar dengan fokus pada peningkatan pangsa pasar melalui promosi yang lebih agresif dan peningkatan distribusi. Selain itu, pengembangan pasar dan produk harus menjadi prioritas dengan menjelajahi segmen pasar baru dan memperkenalkan inovasi pada produk yang ada,” ungkapnya.
Diskusi tersebut juga mengemukakan berbagai persoalan yang dihadapi oleh pelaku industri kecil menengah produk kayu olahan di Pasuruan. Salah satunya adalah persaingan harga antara industri berizin dan industri yang belum berizin, yang menyebabkan harga barang industri berizin jauh lebih mahal sehingga sulit terjual.
Selain itu kendala dalam mendapatkan bahan baku juga menjadi sorotan. Beberapa anggota asosiasi menyampaikan bahwa kayu yang didatangkan dari luar Jawa seperti Kalimantan dan Lampung, berdampak pada tingginya biaya transportasi dan potensi kerusakan bahan baku. Sedangkan untuk mendatangkan bahan baku dari Perhutani, pembeli harus melewati tahapan panjang. Keberadaan toko online pun belum memudahkan pembeli untuk mendapatkan bahan baku sesui spesifikasi yang diharapkan.
Proses produksi kayu UPT Pasuruan
Tantangan lain yang dihadapi adalah kehadiran tengkulak di pusat industri Pasuruan yang sering kali menyebabkan ketidaknyamanan bagi pembeli. Akibatnya, pembeli enggan mengunjungi industri kerajinan kayu. Pengrajin masih berfokus memproduksi kerajinan tanpa memperhatikan keinginan konsumen, sehingga barang sering menumpuk di etalase toko. Kondisi saat ini keberadaan UPT Pasuruan semakin sepi pengunjung terutama sejak tol dibangun.
Kepala UPT Kerajinan Kayu Pasuruan juga menyampaikan bahwa meskipun UPT sudah didukung pemerintah terkait penyediaan sarana prasarana penunjang dan investasi mesin, kendala berikutnya adalah biaya besar yang dibutuhkan untuk perbaikan mesin saat rusak.
“UPT harus menunggu untuk mendapatkan prioritas bantuan perbaikan, sementara proses produksi produk kayu olahan harus berjalan,” ungkapnya.
Rina Kristanti turut menyoroti rendahnya kerjasama antar asosiasi dan pengrajin kayu di Pasuruan. Menurutnya, rendahnya kerjasama disebabkan oleh kurangnya kepercayaan antar pelaku industri. Hal ini diakui oleh para pelaku IKM, yang mengakui kesulitan dalam menjalin kerjasama karena faktor kepercayaan.
Para pelaku industri dan asosiasi kayu berharap agar persoalan harga dapat diatasi, informasi peredaran kayu dan sumber bahan baku dapat diperoleh dengan mudah, serta kehadiran tengkulak yang meskipun tidak dapat dihindari, namun diharapkan dapat dirangkul oleh pengrajin.
Sudarsono Soedomo, salah satu ahli yang hadir dalam diskusi, menambahkan agar pemerintah dapat mengalokasikan dana untuk kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan oleh pelaku industri, bukan untuk hal yang kurang bermanfaat.
Dengan berbagai tantangan yang ada, industri kayu olahan di Pasuruan memerlukan strategi dan kerjasama yang solid untuk dapat bersaing dan berkembang di pasar lokal maupun internasional. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang konkret dan dapat diimplementasikan untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan industri kayu olahan di Pasuruan.
Penulis: Riski Septia Putri