Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

0251- 8621677

fahutan@apps.ipb.ac.id

Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680
07 Dec 2022

Mahasiswa IPB University Ikuti Kuliah Umum Dosen Tamu, Bahas Penyuluhan Kehutanan

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University mengadakan kuliah umum dengan mengundang Kepala Pusat Penyuluhan (Kapusluh) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Dr Sugeng Priyanto. Kegiatan ini sebagai penutup perkuliahan pada Mata Kuliah Penyuluhan Kehutanan dan Pengelolaan Hutan Rakyat.

Sekretaris Departemen Manajemen Hutan, Dr Leti Sundawati menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr Sugeng Priyanto sebagai dosen tamu dalam kesediaannya memberikan kuliah umum kepada mahasiswa.

Dr Sugeng Priyanto dalam kesempatan itu menjelaskan, penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya.

Lebih lanjut ia mengurai, pelaksana penyuluh terbagi atas penyuluh kehutanan aparatur sipil negara (ASN), penyuluh kehutanan swasta, dan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) atau penyuluh kehutanan swadaya masyarakat. 

“Melalui PKSM ini, mahasiswa diberikan akses yang lebar untuk melaksanakan praktik sebagai penyuluh ataupun magang untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan di kampus,” sebutnya.

Selain itu, lanjut dia, seorang penyuluh kehutanan harus memiliki sifat HEBAT, yaitu handal, empati, berani, aktif dan tangguh. Penyuluh kehutanan berperan dalam program pembangunan LHK meliputi perhutanan sosial, hutan rakyat, perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), konservasi dan perubahan iklim sekaligus langkah strategis menjawab tantangan zaman. 

Ia juga mengungkap, saat ini terdapat 25.863 desa di dalam dan luar kawasan hutan  atau 34,52 persen dari total 74.910 desa di Indonesia yang perlu diberdayakan. Objek pendampingan tidak sebanding dengan jumlah penyuluh kehutanan yang setiap tahun menurun jumlahnya. Hal itu menjadi tantangan bagi kegiatan penyuluhan kehutanan. 

“Pendampingan menuju era 4.0 dalam pembinaan kelompok tani hutan memiliki tantangan karena perlu inovasi baru dalam pengaplikasian teknologi digital pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat,” imbuhnya.

Menurutnya, kolaborasi antar perguruan tinggi dengan pemerintah, khususnya KLHK menjadi penting. Keberhasilan program dari KLHK tak lepas dari kolaborasi berbagai stakeholder, salah satunya perguruan tinggi.

Dr Sugeng juga menawarkan solusi dan kabar gembira bagi mahasiswa. Baginya, peran mahasiswa dalam konteks penyuluhan, khususnya di Departemen Manajemen Hutan, tidak selalu harus menjadi ASN, tetapi bisa menjadi penyuluh PKSM atau penyuluh kehutanan swasta. Hal itu dapat menjadi wadah bagi para mahasiswa yang memiliki minat dan passion dalam bidang penyuluhan.

“Kami dengan senang hati memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar magang di Kelompok Tani Hutan (KTH) yang telah terbentuk sesuai dengan minat masing-masing mahasiswa. Termasuk menyelesaikan studi di lokasi yang telah kita bina dengan memanfaatkan data yang telah ada,” pungkasnya. (*/Rz)

Published Date : 06-Dec-2022

Resource Person : Dr Leti Sundawati, Dr Sugeng Priyanto

Keyword : Penyuluhan Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan IPB, Fahutan IPB

Sumber: https://ipb.ac.id/news/index/2022/12/mahasiswa-ipb-university-ikuti-kuliah-umum-dosen-tamu-bahas-penyuluhan-kehutanan/f1dc5b443fda18d7c239504bce2bf5b0

07 Dec 2022

Podcast Sekolah Pascasarjana IPB University Ulas tentang Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB University kembali gelar Podcast SPs IPB University Episode 20. Kali ini mengulas topik tentang program studi (Prodi) Konservasi Biodiversitas Tropika (KVT) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan), (28/11). Podcast SPs IPB University ini diisi oleh narasumber Ketua Prodi KVT, Prof Yanto Santosa dan dipandu oleh Nur Sulianti Suci Pertiwi, SP sebagai host.

Prof Yanto menyampaikan sejarah berdirinya Prodi ini berawal dari program sarjana pada tahun 1982. Yakni dengan berdirinya Prodi Konservasi Sumberdaya Hutan dan merupakan Prodi pertama di Indonesia. Kemudian sekitar tahun 1990-an Fahutan memiliki program pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan dan memiliki beberapa peminatan. Salah satu di antaranya adalah peminatan pengelolaan hidup alam liar atau wildlife management.

“Pada tahun 2005, selain mengembangkan prodi sarjana, juga mengembangkan prodi pascasarjana. Terdiri dari Prodi KVT dan Prodi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan (MEJ) untuk program magister dan doktor sekaligus,” ujarnya.

Pada tahun 2020, kedua Prodi tersebut bergabung menjadi satu dan tetap menggunakan nama Prodi KVT, akan tetapi memiliki dua peminatan yaitu peminatan KVT dan MEJ. Dengan penggabungan dua Prodi ini, maka Prodi KVT ini menjadi Prodi yang sangat unik, baik di Indonesia maupun di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).

“Prodi kami ini sangat penting untuk Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kedua terkaya untuk keanekaragaman hayati tropika,” tandasnya.
Prof Yanto menjelaskan dari kurikulum yang sudah disusun, KVT menargetkan lulusan mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam konservasi keanekaragaman hayati.

Ia menambahkan, saat ini kata konservasi sering dimaknai sebagai pelestarian dan perlindungan semata. Padahal konservasi memiliki makna tiga pilar. Yaitu perlindungan pengawetan, pelestarian dan pemanfaatan. Program pemerintah beberapa tahun yang lalu menerapkan paradigma baru pembangunan, yaitu green economy. Di dalamnya terdapat potensi keanekaragaman hayati dan diharapkan dapat menjadi soko guru utama untuk pembangunan dengan pengurangan limbah, emisi dan melibatkan masyarakat.

“Oleh karena itu, keanekaragaman hayati ini tidak hanya bicara masalah kehutanan saja, tetapi lulusan Prodi KVT ini akan dapat bekerja di semua sektor. Seperti pertambangan, perhubungan, pariwisata dan lainnya. Harapan kami, calon mahasiswa SPs IPB University ini sangat tertarik untuk bergabung di Prodi KVT, karena sangat luas dan potensial keanekaragaman hayati yang harus dioptimalkan agar menjadi bernilai secara ekonomi, ekologi serta lingkungan,” lanjutnya.

Prof Yanto menyampaikan, saat ini latar belakang pendidikan yang masuk di Prodi KVT ini sangat beragam. Prodi KVT ini juga menerima lulusan dari bidang hukum, pariwisata serta bidang sosial lainnya.
“Memang akan ada perbedaan ilmu dasar pengetahuan, tetapi tidak perlu kuatir saat ini kami sudah lakukan adanya kuliah persiapan. Sehingga kami dapat menerima hampir di semua bidang pendidikan terutama yang memang dibutuhkan dalam rangka konservasi keanekaragaman hayati, jasa lingkungan, maupun ekowisata,” ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini Prodi KVT baik program doktor maupun magister sudah terakreditasi B dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Prodi KVT membuka pendaftaran mahasiswa baru dalam dua periode, baik di semester ganjil dan juga semester genap. Prodi KVT membuka 3 jalur pendaftaran, yaitu jalur reguler, by research dan kelas penyelenggaraan khusus. (HBL/Zul)

Published Date : 01-Dec-2022

Resource Person : Prof Yanto Santosa

Keyword : IPB University, Sekolah Pascasarjana, Prodi KVT

SDG : SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 15 – LIFE ON LAND

Sumber :

06 Dec 2022

Turut Menanam dan Merawat Pohon Asuh di area Taman Hutan Kampus IPB University

Bogor. Rabu 16 November 2022 Kembali melakukan kegiatan Penanaman Pohon Asuh di area Taman Hutan Kampus (THK) sekitar Laboratrium Konservasi Eksitu Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Kampus IPB Dramaga Bogor.

Kegiatan kali ini diselenggarakan bersama dengan dukungan program CSR PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas/Perusahaan) dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung, sebagai kontribusi dan turut berpartisipasi dalam melestarikan dan mendukung keberlanjutan lingkungan hidup, tidak hanya menanam pohon namun juga ikut memeliharanya untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan komunitas masyarakat sekitar.

Lebih kurang 400 bibit pohon antara lain pohon rambutan, nangka, alpukat, matoa, dan durian
dengan melibatkan volunteer gabungan dari PT. Mandiri Sekuritas, BPDAS Citarum-Ciliwung, dan Civitas Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University.

Kegiatan penanaman pohon asuh tersebut dihadiri oleh beberapa perwakilan dari IPB University diantaranya Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan yaitu Dr. Naresworo Nugroho, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yaitu Dr. Nyoto Santoso. Selain itu hadir Oki Ramadhana selaku Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas dan Pina Ekalipta selaku Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung.

Sejalan dengan program pembangunan dan pengembangan Taman Hutan Kampus yang telah diresmikan oleh Rektor IPB pada tahun 2020 lalu bahwa program utama ini adalah sebagai upaya konservasi dan biodiveritas dalam meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat dan pada saat bersamaan menanggulangi perubahan iklim.

Sebagai Tanggung Jawab Sosial melalui perwakilan memberikan sambutannya masing-masing untuk selalu berupaya secara nyata serta bersama-sama senantiasa terus membangun, melestarikan dan mendukung keberlanjutan lingkungan hidup kita agar senantiasa terus meningkatkan kualitas lingkungan hidup agar dapat dimanfaatkan secara bersama-sama.(@W)

Sumber: https://kshe.ipb.ac.id/?p=15566

06 Dec 2022

Prof Basuki Wasis: Negara Rugi 30 Ribu Triliun Rupiah Akibat Degradasi Hutan

Hutan hujan tropis di dunia hanya ada di tiga wilayah di dunia. Yakni Amerika Selatan (sekitar 400 juta hektar/ha) berpusat di lembah Sungai Amazon, Brazil, Indonesia dan Malaysia (sekitar 250 juta ha) dan di Afrika Barat (180 juta ha) lembah Sungai Congo sampai Teluk Guyana. 

Hutan hujan tropis merupakan ekosistem klimaks, terdapat setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai “farmasi terbesar di dunia” karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan tropis, penyangga jasa lingkungan terbaik (fungsi tata air/hidroorologis, menyerap karbon dan menghasilkan oksigen) dan menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

“Berdasarkan hasil paduserasi Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada tahun 1999, diperkirakan hutan alam yang terdegradasi mencapai 50 juta ha. Kerusakan hutan sebagian besar karena kegiatan pembalakan liar dan telah menyebabkan kerugian negara dan lingkungan yang sangat besar,” jelas Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof Basuki Wasis saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah, (24/11). 

Ia menjelasakan, hasil penafsiran citra satelit menunjukkan laju perusakan hutan alam tahun 1985 – 1997 tercatat 1,6 juta ha/tahun, tahun 1997 – 2000 tercatat 2,8 juta ha/tahun. Dan tahun 2000 – 2003 semakin tidak terkendali. 

“Akibatnya, secara materi telah menyebabkan kerugian negara sekitar Rp 30.000 triliun. Sungguh sangat ironis, negara Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang demikian kaya namun pada kenyataannya negara dan rakyatnya banyak yang miskin,” imbuhnya.

Disamping itu, tambahnya, telah terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan terjadinya bencana banjir, kekeringan, kebakaran, munculnya hama dan penyakit, pemanasan global, tanah longsor dan erosi. Akibatnya, rakyat Indonesia semakin sengsara.

Ia menjelaskan, untuk  mengatasi itu pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 4 tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. Diinstruksikan bahwa semua aparat penegak hukum perlu melakukan percepatan pemberantasan penebangan secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Sementara itu, lanjutnya, kehadiran ahli dan saksi bisa menjadi kunci dalam proses penegakan hukum pembalakan liar dan lingkungan hidup. Para saksi ahli ini dapat mengukur dampak pembalakan liar melalui proses verifikasi atau investigasi.
Menurutnya, hal ini penting karena kerugian atau dampak pencemaranan dan kerusakan lingkungan itu bersifat lintas waktu, lintas generasi, lintas dunia dan bersifat global (dunia). Dengan demikian keterangan ahli berupa bukti ilmiah (scientific evidence) kemudian berproses menjadi bukti hukum.

“Namun, sering terjadi kriminalisasi berupa laporan pidana dan atau gugatan perdata kepada saksi dan ahli. Ini akan membahayakan penegakan hukum lingkungan dan pegiat lingkungan hidup lainnya. Para pelaku teror hukum harus diberikan sangsi hukum yang berat,” ujarnya.

Ia menambahkan, ke depan para pelaku teror hukum harus diberikan sangsi hukum yang berat dan didenda yang besar. Sehingga penegakan hukum kerusakan hutan dan lingkungan dapat berjalan secara baik dan tanpa dihantui rasa takut dan cemas. (Zul)

Published Date : 25-Nov-2022

Resource Person : Prof Basuki Wasis

Keyword : IPB University, Pembakaran Liar, Guru Besar

06 Dec 2022

Prof Bambang Hero: Perancis Punya 200 Ribu Relawan Pemadam Kebakaran Hutan

Prof Bambang Hero, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University mengungkapkan bahwa dalam menangani kebakaran hutan, Perancis melibatkan 200 ribu relawan. Prinsip mereka (Perancis) adalah jangan biarkan api sekecil apapun untuk tumbuh dan berkembang, karena itu akan menjadi masalah.
 
“Pemadaman kebakaran, selain dilakukan oleh pihak profesional juga dilakukan oleh para sukarelawan, dengan total sekitar 200.000 orang. Para sukarelawan ini tentu saja terlatih karena diberikan pelatihan sebagaimana mestinya,” ujarnya saat mengikuti Fire Behavior Analysts Training, (28/11-1/12) di Valabre, Kota Marseille, Perancis.
 
Pelatihan ini merupakan bagian dari kerjasama antara IPB University dan Kedubes Perancis di Jakarta. Dalam pelatihan ini, peserta mendapatkan berbagai materi tentang pengendalian kebakaran yang dilakukan pemerintah Perancis mulai dari periode tahun 1973- an hingga tahun 2022.
 
“Tampak dengan jelas bagaimana perubahan secara signifikan yang dilakukan pihak Perancis yang dilakukan sejak masa transisi tahun 1980 hingga saat ini. Berbagai taktik, strategi dan teknologi digunakan dalam pengendalian kebakaran dengan mengedepankan tiga aspek utama dalam pemadaman. Yaitu penyelamatan terhadap manusia, perumahan dan lingkungan. Berbagai regulasi juga ditampilkan termasuk upaya penegakan hukum yang secara tegas dilakukan,” jelasnya.
 
Selama pelatihan di Valabre, lanjutnya, para pengajar/pemberi materi adalah para aktor di lapangan yang melakukan kegiatan pemadaman kebakaran langsung. Peserta juga mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan proses simulasi pemadaman kebakaran hutan. Mulai dari penerimaan informasi awal, pemprosesan permintaan, pengiriman peralatan termasuk penggunaan helikopter, pembahasan terhadap perkembangan yang terjadi termasuk intervensi kegiatan yang dilakukan hingga konferensi pers.

“Semua dilaksanakan seperti nyata dengan menggunakan peralatan canggih sesuai dengan saat kejadian. Selain itu kami dibawa juga masuk ke dalam laboratorium pengujian “retardant’ (cairan yang menghambat perkembangan laju api). Kami juga berkunjung ke pusat krisis regional yang menangani berbagai masalah bencana termasuk kebakaran hutan,” tambahnya.

Di pusat krisis ini, lanjutnya, terlihat jelas bahwa ketika pemadaman dilakukan maka upaya pemadaman dilakukan secepat mungkin dengan melibatkan berbagai peralatan yang dibutuhkan. Yang menarik adalah ketika kebakaran makin besar misalnya, maka seluruh pihak yang terlibat termasuk polisi, ikut terlibat dalam penanganannya termasuk para ahli terkait yang akan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah.

“Pusat crisis center ini di seluruh Perancis terdapat di tujuh wilayah regional. Selain itu untuk memastikan penanganannya pada wilayah setingkat kabupaten maka kami berkesempatan juga mengunjunginya untuk mendapatkan pencerahan. Yang menarik adalah setiap hari mereka menerima laporan lebih dari seribu permintaan dari warga untuk minta pengecekan atau membantu memecahkan masalah, yang kemudian diarahkan oleh pihak pusat krisis kabupaten kepada instansi terkait,” jelasnya.

Menurutnya, semua laporan tersebut tercatat, termonitor dan terimplementasi dengan baik. Terlihat sekali semua celah itu bisa pantau dari pusat krisis ini, layaknya seperti ikan dalam akuarium, tidak ada yang tidak terpantau.  “Ini adalah pelatihan dan kunjungan yang berkelas, karena menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap upaya pengendalian kebakaran dengan target menghentikan kebakaran secepat mungkin,” tandasnya. (**/Zul)

Published Date : 06-Dec-2022

Resource Person : Prof Bambang Hero

Keyword : IPB University, Kebakaran Hutan, Perancis, Fahutan IPB

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/12/prof-bambang-hero-perancis-punya-200-ribu-relawan-pemadam-kebakaran-hutan/c225a9c770ed87712139256db31e23b4

05 Dec 2022

Fire Behavior Analysts Training di Fahutan IPB University, Diikuti Sejumlah Negara ASEAN dan Asia

Sebagai realisasi kerjasama antara IPB University dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Perancis di Jakarta dan The Civil Protection Regional Expert yang bermarkas di Kedubes Perancis di Singapura, telah dilakukan Fire Behavior Analysts. Ketua tim pelaksana kerjasama, Prof Bambang Hero Saharjo mengatakan, peserta training kali ini tidak hanya yang berasal dari Indonesia saja, tetapi juga berasal dari sejumlah negara Asia Tenggara dan Asia.

Ia menerangkan, jumlah peserta yang hadir hingga saat penutupan yaitu 21 orang. Sejumlah peserta tersebut meliputi 17 orang wakil dari Indonesia. Mereka berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kubu Raya Kalimantan Barat, Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kalimantan, BPBD Jambi dan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

“Sementara peserta dari Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan wakil dari Thailand dan Laos. Selain itu hadir pula sebagai observer dari Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO) yang berkantor di Korea Selatan. Para pengajar seluruhnya adalah ahli kebakaran hutan dari Perancis dan pelatihan dilaksanakan secara daring,” ujar Prof Bambang.

Lebih lanjut ia menjelaskan, materi pelatihan yang diberikan di hari pertama antara lain tentang Fire Behavior Analysts. Di antara yang dibahas adalah mengapa perlu analisis perilaku api; penggunaannya di Amerika, Australia dan Eropa dan lain-lain. Pada hari kedua dibahas tentang pola-pola kebakaran hutan, beberapa hal yang dibahas di antaranya tentang deskripsi terjadinya kebakaran dengan beberapa faktor pendorongnya; pengumpulan data dan analisis meliputi cuaca, bahan bakar dan topografi.

“Pada hari ketiga yang dibahas adalah tentang analisis kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, diantaranya membahas tentang faktor pendorong utama kebakaran berlanjut dan bagaimana mengumpulkan data lapangannya serta metode analisisnya yang meliputi Campbel Predictions System dan Metode Polygon,” ujar Prof Bambang. 

Sementara di hari keempat, lanjutnya, materi yang dibahas adalah tentang fire safety di antaranya adalah perilaku kebakaran ekstrim serta cara mengendalikannya. Para peserta juga diberikan kuesioner sebagai bahan umpan balik. Mereka juga mendapatkan sertifikat pelatihan Fire Behavior Analysts yang diberikan langsung oleh Kedubes Perancis. (*/Rz)

Published Date : 05-Dec-2022

Resource Person : Prof Bambang Hero Saharjo

Keyword : Fire Behavior Analysts Training, Kedubes Perancis, Fahutan IPB

SDG : SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 15 – LIFE ON LAND, SDG 17 PARTNERSHIPS FOR THE GOALS

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/12/fire-behavior-analysts-training-di-fahutan-ipb-university-diikuti-sejumlah-negara-asean-dan-asia/05023f6fd79d21a5cc2a1a8235966393