Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

0251- 8621677

fahutan@apps.ipb.ac.id

Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680

CIKAL BAKAL PENDIRIAN (1940-1963)

Kebutuhan tenaga menengah bidang kehutanan sudah dirasakan sejak lama. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kehutanan, maka Dewan Rakyat (Volksraad) dan kalangan masyarakat Hindia Belanda beberapa kali mengajukan pengembangan Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi Pertanian. Koorders, ahli kehutanan pada tahun 1892 menyarankan agar diadakan kursus sinder hutan, tetapi Pemerintah Belanda tidak mengabulkan permintaan ini karena alasan politik dan khawatir Perguruan Tinggi Pertanian di Wageningen Belanda tersaingi. Baru kemudian pada tahun 1908, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan kursus untuk jabatan Bosopziener atauSinder Kehutanan (pengamat kehutanan). Kursus tersebut pada tahun 1910 ditingkatkan menjadi Sekolah Pertanian (Cultuur School)  yang mendidik para tenaga ahli pertanian dan kehutanan menengah pertama.

Pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Middlebare Landbouwschool (MLS) atau Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang mendidik tenaga ahli pertanian dan kehutanan menengah sekaligus merupakan cikal bakal Sekolah Pertanian Menengah Atas dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas sebagai kelanjutan dari Middlebare Landbouwschool (MLS)  di mulai tahun 1903 di Kebun Raya Bogor. Sekolah Pertanian (Cultuur School) di Bogor pada tahun 1914 dipindahkan ke Sukabumi, kemudian ditutup pada tahun 1935 dan ditambah dengan satu Sekolah Pertanian yang baru di Malang.

Gambar 1   Middelbare Landbouwschool Buitenzorg  – Tjikeumeuh Weg Bangunan ini sekarang digunakan Pusat Penelitian Tanaman Pangan Jalan Merdeka No 99, Bogor

Berdasarkan laporan komisi Limburg (komisi yang mempelajari kesempatan kerja) pada tahun 1936 tentang peluang kerja untuk ahli pertanian, di dalamnya juga untuk ahli kehutanan, terlihat bahwa kebutuhan ahli kehutanan mulai tahun 1900 sampai dengan tahun 1935 terus meningkat (Tabel 1). 

Tabel 1 Kebutuhan Ahli Kehutanan

Lingkungan pekerjaan cabang dinas dsb19001905191019151920192519301935
Dinas Kehutanan6213279113135142142
Penyuluhan Pertanian241629426970
Lembaga Penelitian1138163031
Budidaya (Culture)2228356482939983
Jabatan-jabatan pemerintah lainnya126810141619
Jabatan-jabatan swasta lainnya11112243
Tanpa lingkungan kerja (termasuk pensiunan)161547
Jumlah305579171245308375395

Sumber : Wislam Hadiwasito dan Soemartono Sosromarsono. Sejarah Pembentukan Lembaga Tinggi Pertanian (Terjemahan), IPB Press 2001.

Tanggal 26 Agustus 1939, Jawatan Kehutanan membuka Middlebare Bosbouschool (MBS) atau Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi. Murid Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi berasal dari Sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahun 1940, Jawatan Kehutanan membentuk Sekolah Mantri Kehutanan dan Sekolah Polisi Kehutanan di Madiun. Saat itu Pendidikan Tinggi bidang kehutanan hanya ada di Wageningen, Belanda. Kemudian pada tahun 1940, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian dengan nama Landbouw Hogeschool  dan Richting Bosbouwkunde di Bogor. Selanjutnya, pada tanggal 31 Oktober 1941 berubah nama menjadi Landbouwkundige Faculteit dengan keseluruhan dosennya berkebangsaan Belanda.  

Mulai tahun 1941, Dewan Rakyat (Volksraad) mengajukan pengembangan Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi Pertanian kepada Pemerintah Hindia Belanda, tetapi kajian ini belum diterima karena berbagai pertimbangan, yaitu: Hindia Belanda tidak matang untuk pendidikan tinggi pertanian dan kehutanan, masyarakat tidak cukup berpendidikan, kekurangan dosen-dosen yang handal, dan pendidikan menengah masih kurang berkembang untuk menyediakan calon mahasiswa yang cukup.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, Landbouwkundige Faculteit ditutup, sedangkan Nederland – Indische Veeartsenschool   (NIVS), yang juga didirikan sebelum perang dunia ke-2, masih tetap berjalan dengan nama Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor).      

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tahun 1946, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia meningkatkan Sekolah Dokter Hewan Bogor menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Tahun 1947, Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian (Landbouwkundige Faculteit) dibuka kembali dengan nama Faculteit van Landbouwwetenschap yang mempunyai 2 (dua) jurusan yaitu Jurusan Pertanian dan Jurusan Kehutanan, sedangkan PTKH pada tahun 1948 diubah namanya menjadi Diergeneeskundige Faculteit yang kesemuanya di bawah naungan Universiteit van Indonesie.

Gambar 2. Pengumuman Pendaftaran Mahasiswa Baru Universiteit van Indonesie, Tahun Akademik 1948-1949

Pada tahun 1950, Faculteit van Landbouwwetenschap diubah namanya menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan, yaitu: Jurusan Sosial Ekonomi, Jurusan Pengetahuan Alam, dan Jurusan Kehutanan.

Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor mulai dibangun di komplek Jl. Otto Iskandardinata oleh CV. De Condor, kemudian dikenal dengan nama Kampus Baranangsiang. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pada tanggal 27 April 1952. Pidato peletakan batu pertama berjudul “Soal Hidup atau Mati”. Penyusun skenario pidato adalah Wakil Presiden Universitas Indonesia, Wisaksono Wirjodihardjo yang merupakan lulusan Sekolah Pertanian (Cultuur School), Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middelbare Landbouwschool) Bogor, dan Sekolah Gula di Yogyakarta.

Gedung Fakultas Pertanian Kampus Baranangsiang dibangun berdasarkan  hasil rancangan konsorsium arsitek Belanda pemenang sayembara. Adapun konsep desain rancangan bangunan adalah membuat gedung raksasa yang membuat orang terpesona. Sesungguhnya ada rancangan lain yang lebih baik, namun karena ia bukan kelahiran Zaandam, melainkan di Bonandolok, Sumatera Utara, yaitu Frederich Silaban, ia terpaksa dikalahkan. Bagaimana mungkin seorang aristek berkulit coklat lulusan STM (MTS) ditambah satu tahun kuliah di Akademie der Beeldende Kunsten Amsterdam dapat mengalahkan pemikiran konsorsium arsitek asing yang berasal dari Zaandam, Volendam dan mungkin lagi Schiedam?  Jika Silaban yang rancangannya dimenangkan, di Baranangsiang telah berdiri gedung-gedung fakultas bukan dalam bentuk masif, melainkan dalam bentuk permainan lego sehingga pembangunannya dapat dilakukan bertahap. Inilah juga yang  menyebabkan mengapa Kampus Darmaga dibangun dengan prinsip permainan lego. Jadi, di Kampus Baranangsiang akhirnya didirikan Gedung Fakultas Pertanian yang hanya selesai dua per lima dari rancangan lengkapnya. Yang tidak terlaksana di antaranya aula dan kolam renang ukuran internasional.


Gambar 3. Prasasti peletakan batu pertama pembangunan Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor.                           Gambar 4. Prasasti peletakan batu pertama pembangunan Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor.  

Fakultas Pertanian (Jurusan Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan) terletak di Kampus Baranangsiang. Sedangkan Fakultas Kedokteran Hewan, yaitu: Jurusan Kedokteran Hewan terletak di Kampus Taman Kencana dan Jurusan Peternakan di Kampus Gunung Gede. Adapun dosen-dosen khususnya Dosen Jurusan Kehutanan, antara lain: Prof. Ir. PKM Steuf, Prof. Ir. C.Gartner, Prof. Ir. EHP Juta, Prof. Ir. F.Versteegh, Prof. Ir. AH Verkuyl, Prof. Ir. J. Becking, dan Dipl.Ing. Hollerworger.

Gambar 4.    Kampus Baranangsiang Jln. Otto Iskandardinata, Bogor (sekarang bagian dari Jl. Pajajaran, Bogor)

Gambar 5. Prof. Ir. A.H Verkuyl

Ketua Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Bogor (1955-1958)

Diergeneeskundige Faculteit diubah namanya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, pada tahun 1960 diubah namanya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan,  selanjutnya tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia.

Proses pendidikan ahli kehutanan dan ahli pertanian ditempuh selama lima tahun enam bulan, dibagi menjadi beberapa periode yang dikenal dengan nama sistem kontinental (studi bebas), yaitu:

  1. Periode Pertama selama 2 (dua) tahun untuk ahli kehutanan dan ahli pertanian menggunakan program yang sama, diselesaikan dengan ujian kandidat bagian pertama
  2. Periode Kedua selama 2 (dua) tahun ada pemisahan jurusan untuk ahli kehutanan dan ahli pertanian, diselesaikan dengan ujian kandidat bagian kedua
  3. Periode Ketiga selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan, meliputi masa pendidikan selama 1 tahun dan praktik selama 6 bulan, diselesaikan dengan ujian insinyur

Jumlah mata kuliah untuk ahli kehutanan dan ahli pertanian sebanyak dua puluh mata kuliah pokok dan delapan mata kuliah tambahan, sebagai berikut:

  1. Ilmu Tumbuh-Tumbuhan dan Ilmu Hewan (Fisiologi, Anatomi, Morfologi, Sistematik, Ekologi, Geografi, Sitologi dan Genetika)
  2. Mikrobiologi
  3. Ilmu Penyakit dan Hama Tumbuh-Tumbuhan
  4. Ilmu Pasti (Hitung Diferensial dan Integral), Ilmu Ukur Analitis, Hitung Peluang, Ilmu Pasti Statistik dan Pengolahan Hasil Pengamatan
  5. Ilmu Alam
  6. Meteorologi dan Klimatologi
  7. Ilmu Kimia (Organik, Anorganik, Analisis dan Fisikter masuk Kimia Koloid)
  8. Geologia dan Pertambangan (Mineralogi, Petrografi, GeologiUmum)
  9. Ilmu Tanah (Geologi Tanah, Kimia Tanah, Fisika Tanah, Biologi Tanah, Pemetaan Tanah dan Ilmu Pemupukan
  10. Ekonomi Pertanian (Pendahuluan Ekonomi Umum, Agronomi Umum, Ilmu Ekonomi Pertanian Umum dan Khusus, Ilmu Usaha Tani, Geogrfi Pertanian dan Sejarah Pertanian, Statistika Sosial dan Statistik Pertanian, Perdagangan Hasil Pertanian)
  11. Budidaya Tanaman Pertanian (Budidaya Pertanian dan Hortikultura Umum dan Khusus, Pemuliaan Pertanian, Teknik Penelitian Lapangan)
  12. Teknik Budidaya (Hidraulik dan Perairan, Pengolahan Tanah, Perbaikan Tanah, Pembukaan Tanah, Alat-AlatPertanian, Arsitektur Pertanian, Arsitektur Kehutanan, Pengukuran Tanah dan Pengukuran dengan Waterpas)
  13. Teknologi Pertanian dan Kehutanan
  14. Peternakan dan Usaha Ternak, Makanan Ternak
  15. Hukum Agraria dan Bantuan Pemerintah
  16. Metodologi Penyuluhan Pertanian
  17. Silvikultur dan Perlindungan Hutan
  18. Ekonomi Kehutanan (Pengelolaan Hutan, Ilmu Usaha Kehutanan dan Sejarah Kehutanan)
  19. Peraturan Usaha Kehutanan (Ilmu Ukur Kayu, Perhitungan Rente Hutan, dan Pengaturan Hutan)
  20. Pemanfaatan Hutan

Delapan mata kuliah tambahan melalui perkuliahan dan latihan, sebagai berikut:

  1. Bahasa Belanda
  2. Bahasa Melayu
  3. Bahasa Jawa
  4. Bahasa Sunda
  5. Filsafat
  6. Etnologi
  7. Ilmu Kemasyarakatan
  8. Ilmu Kesehatan / Olah raga

   Ujian kandidat bagian pertama ada tujuh mata kuliah pokok dan empat praktikum yang ditempuh bersama untuk ahli kehutanan dan ahli pertanian selama dua tahun pendidikan, sebagai berikut:

Tujuh Mata Kuliah Pokok:

  1. Ilmu Tumbuh – Tumbuhan dan Ilmu Hewan (Fisiologi, Anatomi, Morfologi, Sistematik, Ekologi, Geografi, Sitologi, dan Genetika)
  2. Ilmu Pasti (Hitung Diferensial dan Integral), Ilmu Ukur Analitis, Hitung Peluang, Ilmu Pasti Statistik dan Pengolahan Hasil Pengamatan
  3. Ilmu Alam
  4. Meteorologi dan Klimatologi
  5. Ilmu Kimia (Organik, Anorganik, AnalisisdanFisiktermasuk Kimia Koloid)
  6. Geologi dan Pertambangan (Mineralogi, Petrografi, Geologi Umum)
  7. Ekonomi Pertanian (Pendahuluan Ekonomi Umum, Agronomi Umum, Ilmu Ekonomi Pertanian Umum dan Khusus, Ilmu Usaha Tani, Geogrfi Pertanian dan Sejarah Pertanian, Statistika Sosial dan Statistik Pertanian, Perdagangan Hasil Pertanian)