Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

0251- 8621677

fahutan@apps.ipb.ac.id

Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680
04 Apr 2022

Kemitraan Strategis antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan dan PT. Bio Inti Agrindo

Kemitraan Strategis Penandatanganan Memorandum Of Understanding antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dan PT Bio Inti Agrindo .

Bogor 30 Maret 2022, PT Bio Inti Agrindo dan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor sepakat mengadakan kerjasama bidang pendidikan, penelitian, pemberdayaan masyarakat pada bidang konservasi sumberdaya alam dan lingkungan pada areal Perkebunan Kelapa Sawit .

Kerjasama ini dalam jangka waktu 3 tahun sejak naskan tersebur ditandatangani kedua belah pihak.

22 Mar 2022

Seminar Nasional Hasil PENGEMBARA 2021 Rimpala Fahutan IPB

Seminar nasional PENGEMBARA 2021 (Minggu, 13 Maret 2022) diselenggarakan Rimpala Fahutan IPB sebagai media diskusi nasional mengenai keanekaragaman hayati. Seminar online ini sekaligus menjadi ajang publikasi hasil penelitian Rimpala mengenai karakteristik habitat dan preferensi sarang tarsius makassar (Tarsius fuscus Fischer 1804) pada Juni-Juli 2021 lalu. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Anggota Rimpala atau PENGEMBARA rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali dengan mengangkat berbagai topik penelitian di bidang kehutanan dan lingkungan. Kegiatan ini merupakan bentuk peran aktif Rimpala dalam bidang kepecintaalaman dan kehutanan sebagai kelompok mahasiswa pecinta alam di bawah naungan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB.

Dr. Ir. Nareswoeo Nugroho selaku Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB sekaligus Pembina Rimpala memberikan sambutan di awal acara. Selanjutnya, acara inti diisi oleh tiga pembicara luarbiasa yaitu Dr. Abdul Rosyid, M.Si, dosen dan peneliti tarsius, Chaeril, S.Hut, MP, seorang PEH muda Taman Nasional Bantimurung Bulusarung serta Desi Amelia, perwakilan tim lapang PENGEMBARA 2021 yang memaparkan hasil penelitian. Selain itu, turut hadir Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB sebagai penanggap. Peserta webinar berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik itu dari kalangan pecinta alam, pemerhati lingkungan/satwa, mahasiswa kehutanan maupun mahasiswa umum, hingga para dosen dari berbagai universitas.

Tarsius merupakan primata terkecil di dunia yang memiliki berbagai keunikan. “Satwa ini hidup liar di hutan, aktif di malam hari dan berperan sebagai pengendali serangga, santapan favoritnya. Terhitung ada 12 spesies dari total 14 spesies tarsius di dunia yang dapat kita temukan di Sulawesi” jelas Dr. Abdul Rosyid, M.S selaku pembicara pertama. Hal tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman hayati pulau Celebes yang dilewati Garis Wallacea. Beberapa peserta mengungkapkan rasa terima kasih atas wawasan yang dibagikan oleh sang peneliti tarsius Taman Nasional Lore Lindu tersebut. “Saat ini orang mulai tahu, dan ada mereka yang ingin memelihara tarsius karena mungil dan lucu, begitu kan?” ungkap Dosen Universitas Tadulako tersebut, menerangkan ancaman kelangsungan hidup tarsius. Webinar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang urgensi kelestarian satwa liar.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) merupakan rumah bagi salah satu spesies tarsius yaitu Tarsius fuscus Fischer 1804. Pembicara kedua, Chaeril, S.Hut, MP menceritakan berbagai upaya konservasi yang telah dilakukan oleh TN Babul. “Monitoring dilakukan secara rutin di delapan site monitoring Tarsius fuscus. Selain itu, terdapat sanctuary (penangkaran eks-situ) tarsius di Patunnuang.” beliau melaporkan. Lebih lanjut beliau juga mengungkapkan bahwa TN Babul secara terbuka menerima apabila ada yang berminat meneliti tarsius maupun habitatnya. “Kami akan sangat terbantu dengan hasil penelitian untuk perumusan strategi konservasi yang lebih baik lagi untuk Balao Cengke atau tarsius, begitu panggilan masyarakat lokal Sulawesi” ungkap sang ahli tarsius TN Babul. Webinar ini juga membuka informasi peluang bagi para akademisi yang ingin berperan aktif melalui kegiatan penelitian.

Desa Samaenre dan Bentenge, Resort Mallawa, TN Babul, Sulawesi Selatan menjadi lokasi penelitian mengenai karakteristik habitat dan preferensi sarang tarsius makassar (Tarsius fuscus Fischer 1804). Tim lapang melakukan pengambilan data yang tidak mudah, menjelajah hutan rimbun dengan cuaca tak menentu. Enam orang anggota tim mencari rumah-rumah tarsius beserta sang satwa, ditemani oleh Pak Pado, pendamping lapang utusan TN Babul. “Hasil penelitian menunjukkan tarsius memilih bersarang di celah batu maupun pohon yang cukup jauh dari jalan dan/atau pemukiman guna menghindari gangguan manusia”, Desi Amelia dengan bangga memaparkan hasil temuan tim PENGEMBARA 2021. Primata yang hanya sebesar telapak tangan manusia ini bersarang pada celah batu atau pohon untuk melindungi diri dari predatornya.

Antusiasme peserta yang begitu tinggi terlihat dari kolom chat yang dibanjiri pertanyaan. Rahmia Nugraha, S.Hut, M.Sc selaku moderator dengan apik memandu sesi diskusi dan tanya jawab sehingga webinar tetap berjalan kondusif. Dr. Ir. Abdul Haris M, M.Sc selaku penganggap turut melengkapi pengetahuan seluruh partisipan webinar. “Menjaga kelangsungan hidup satwa (tarsius) merupakan tanggung jawab seluruh manusia, bukan lembaga konservasi saja. Alam sudah menyediakan tempat hidup dan makanan yang melimpah bagi tarsius. Hal utama yang harus kita usahakan adalah menjaga tempat hidupnya itu tetap lestari.” terang ahli manajemen ekologi satwa liar IPB tersebut. Rimpala selaku penyelenggara kegiatan berharap ilmu dari seminar nasional ini dapat diresapi dan diamalkan oleh seluruh partisipan webinar.

(Ranti Gasela)

08 Mar 2022

Wujudkan Pribadi Berintegritas dan Kreatif, BEM FAHUTAN IPB Gelar Leadership Training

BEM Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University menggelar Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM), yaitu sebuah pelatihan untuk mengembangkan softskill mahasiswa dalam meningkatkan efektivitas organisasi (05/03). Pelatihan yang terdiri dari dua bagian ini mengusung tema “Boost Revolutionary Character, Beyond the Limits Through Creativity and Integrity”.

Pelatihan pertama yang menghadirkan pembicara dari alumni Fahutan IPB yaitu Erik Syamsul Rizal, S.Hut, MM fokus pada pengembangan karakter kepemimpinan untuk mewujudkan organisasi yang berlandaskan kepada integritas dan kreativitas. Selain diikuti oleh lebih dari 70 peserta dari Fahutan IPB University, kegiatan ini dibuka oleh Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS (Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University) dan dihadiri oleh Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda M.Si (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan), serta Komisi Kemahasiswaan Fakultas dan Departemen.

Melalui LKMM #1 mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi critical thinking, complex problem solving, creativity & innovation, collaboration, dan leadership sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Selain itu, mahasiswa juga diberikan pemahaman mengenai bagaimana memecahkan suatu masalah di sebuah organisasi.

“Mahasiswa, baik secara organisasi maupun individu, harus memiliki dan mengembangkan karakter kepemimpinan (critical thinking and problem solving, creativity, communication, collaboration, dan confidence) yang kuat agar bisa menjadi the future leader yang kompeten,” ujar Dekan Fahutan IPB.

Pada kesempatan ini Erik Syamsul Rizal (Abi Erik) membawakan topik tentang “Generasi Mulia Indonesia” yang salah satu poinnya adalah skill yang dibutuhkan agar mampu menjadi pemimpin yang berpengaruh. Menurutnya, dalam membangun generasi mulia dibutuhkan softskill seperti kreativitas, integritas, dan berorientasi pada solusi.

“Orang yang memiliki kejujuran dan integritas adalah orang yang merdeka, karena tidak ada satu orang pun yang dapat mempengaruhi dirinya” ujarnya.

Pada pelatihan ini juga dilakukan focus group discucssion (FGD) yang terbagi ke dalam 8 kelompok, dimana setiap kelompok diberikan permasalahan yang biasa terjadi di sebuah organisasi. Solusi dari kelompok satu dan delapan terhadap permasalahan “banyaknya anggota yang kurang aktif” yaitu perlu menggali informasi terlebih dahulu dan mengetahui permasalahannya. Solusi dari kelompok dua dan tujuh terhadap permasalahan “masih adanya gap di organisasi,” yaitu perlu menguatkan internalisasi antar anggota.  Sementara itu, solusi dari kelompok tiga dan enam terhadap permasalahan “belum terbangunnya SDM yang berkompeten,” yaitu kenali terlebih dahulu potensi, minat, dan bakat dari setiap orang. Terakhir solusi dari kelompok empat dan lima terhadap permasalahan “kurangnya antusiasme peserta di masa pandemi,” yaitu membuat suatu metode komunikasi yang lebih menarik.

Narasumber:  Erik Syamsul Rizal, S.Hut, MM

Keyword:  Mahasiswa, Kehutanan dan Lingkungan, IPB University

SDGs: SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 17 – PARTNERSHIP TO ACHIEVE THE GOAL