Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

0251- 8621677

fahutan@apps.ipb.ac.id

Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680
04 Apr 2022

Kemitraan Strategis antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan dan PT. Bio Inti Agrindo

Kemitraan Strategis Penandatanganan Memorandum Of Understanding antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dan PT Bio Inti Agrindo .

Bogor 30 Maret 2022, PT Bio Inti Agrindo dan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor sepakat mengadakan kerjasama bidang pendidikan, penelitian, pemberdayaan masyarakat pada bidang konservasi sumberdaya alam dan lingkungan pada areal Perkebunan Kelapa Sawit .

Kerjasama ini dalam jangka waktu 3 tahun sejak naskan tersebur ditandatangani kedua belah pihak.

22 Mar 2022

Seminar Nasional Hasil PENGEMBARA 2021 Rimpala Fahutan IPB

Seminar nasional PENGEMBARA 2021 (Minggu, 13 Maret 2022) diselenggarakan Rimpala Fahutan IPB sebagai media diskusi nasional mengenai keanekaragaman hayati. Seminar online ini sekaligus menjadi ajang publikasi hasil penelitian Rimpala mengenai karakteristik habitat dan preferensi sarang tarsius makassar (Tarsius fuscus Fischer 1804) pada Juni-Juli 2021 lalu. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Anggota Rimpala atau PENGEMBARA rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali dengan mengangkat berbagai topik penelitian di bidang kehutanan dan lingkungan. Kegiatan ini merupakan bentuk peran aktif Rimpala dalam bidang kepecintaalaman dan kehutanan sebagai kelompok mahasiswa pecinta alam di bawah naungan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB.

Dr. Ir. Nareswoeo Nugroho selaku Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB sekaligus Pembina Rimpala memberikan sambutan di awal acara. Selanjutnya, acara inti diisi oleh tiga pembicara luarbiasa yaitu Dr. Abdul Rosyid, M.Si, dosen dan peneliti tarsius, Chaeril, S.Hut, MP, seorang PEH muda Taman Nasional Bantimurung Bulusarung serta Desi Amelia, perwakilan tim lapang PENGEMBARA 2021 yang memaparkan hasil penelitian. Selain itu, turut hadir Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB sebagai penanggap. Peserta webinar berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik itu dari kalangan pecinta alam, pemerhati lingkungan/satwa, mahasiswa kehutanan maupun mahasiswa umum, hingga para dosen dari berbagai universitas.

Tarsius merupakan primata terkecil di dunia yang memiliki berbagai keunikan. “Satwa ini hidup liar di hutan, aktif di malam hari dan berperan sebagai pengendali serangga, santapan favoritnya. Terhitung ada 12 spesies dari total 14 spesies tarsius di dunia yang dapat kita temukan di Sulawesi” jelas Dr. Abdul Rosyid, M.S selaku pembicara pertama. Hal tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman hayati pulau Celebes yang dilewati Garis Wallacea. Beberapa peserta mengungkapkan rasa terima kasih atas wawasan yang dibagikan oleh sang peneliti tarsius Taman Nasional Lore Lindu tersebut. “Saat ini orang mulai tahu, dan ada mereka yang ingin memelihara tarsius karena mungil dan lucu, begitu kan?” ungkap Dosen Universitas Tadulako tersebut, menerangkan ancaman kelangsungan hidup tarsius. Webinar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang urgensi kelestarian satwa liar.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) merupakan rumah bagi salah satu spesies tarsius yaitu Tarsius fuscus Fischer 1804. Pembicara kedua, Chaeril, S.Hut, MP menceritakan berbagai upaya konservasi yang telah dilakukan oleh TN Babul. “Monitoring dilakukan secara rutin di delapan site monitoring Tarsius fuscus. Selain itu, terdapat sanctuary (penangkaran eks-situ) tarsius di Patunnuang.” beliau melaporkan. Lebih lanjut beliau juga mengungkapkan bahwa TN Babul secara terbuka menerima apabila ada yang berminat meneliti tarsius maupun habitatnya. “Kami akan sangat terbantu dengan hasil penelitian untuk perumusan strategi konservasi yang lebih baik lagi untuk Balao Cengke atau tarsius, begitu panggilan masyarakat lokal Sulawesi” ungkap sang ahli tarsius TN Babul. Webinar ini juga membuka informasi peluang bagi para akademisi yang ingin berperan aktif melalui kegiatan penelitian.

Desa Samaenre dan Bentenge, Resort Mallawa, TN Babul, Sulawesi Selatan menjadi lokasi penelitian mengenai karakteristik habitat dan preferensi sarang tarsius makassar (Tarsius fuscus Fischer 1804). Tim lapang melakukan pengambilan data yang tidak mudah, menjelajah hutan rimbun dengan cuaca tak menentu. Enam orang anggota tim mencari rumah-rumah tarsius beserta sang satwa, ditemani oleh Pak Pado, pendamping lapang utusan TN Babul. “Hasil penelitian menunjukkan tarsius memilih bersarang di celah batu maupun pohon yang cukup jauh dari jalan dan/atau pemukiman guna menghindari gangguan manusia”, Desi Amelia dengan bangga memaparkan hasil temuan tim PENGEMBARA 2021. Primata yang hanya sebesar telapak tangan manusia ini bersarang pada celah batu atau pohon untuk melindungi diri dari predatornya.

Antusiasme peserta yang begitu tinggi terlihat dari kolom chat yang dibanjiri pertanyaan. Rahmia Nugraha, S.Hut, M.Sc selaku moderator dengan apik memandu sesi diskusi dan tanya jawab sehingga webinar tetap berjalan kondusif. Dr. Ir. Abdul Haris M, M.Sc selaku penganggap turut melengkapi pengetahuan seluruh partisipan webinar. “Menjaga kelangsungan hidup satwa (tarsius) merupakan tanggung jawab seluruh manusia, bukan lembaga konservasi saja. Alam sudah menyediakan tempat hidup dan makanan yang melimpah bagi tarsius. Hal utama yang harus kita usahakan adalah menjaga tempat hidupnya itu tetap lestari.” terang ahli manajemen ekologi satwa liar IPB tersebut. Rimpala selaku penyelenggara kegiatan berharap ilmu dari seminar nasional ini dapat diresapi dan diamalkan oleh seluruh partisipan webinar.

(Ranti Gasela)

08 Mar 2022

Wujudkan Pribadi Berintegritas dan Kreatif, BEM FAHUTAN IPB Gelar Leadership Training

BEM Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University menggelar Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM), yaitu sebuah pelatihan untuk mengembangkan softskill mahasiswa dalam meningkatkan efektivitas organisasi (05/03). Pelatihan yang terdiri dari dua bagian ini mengusung tema “Boost Revolutionary Character, Beyond the Limits Through Creativity and Integrity”.

Pelatihan pertama yang menghadirkan pembicara dari alumni Fahutan IPB yaitu Erik Syamsul Rizal, S.Hut, MM fokus pada pengembangan karakter kepemimpinan untuk mewujudkan organisasi yang berlandaskan kepada integritas dan kreativitas. Selain diikuti oleh lebih dari 70 peserta dari Fahutan IPB University, kegiatan ini dibuka oleh Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS (Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University) dan dihadiri oleh Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda M.Si (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan), serta Komisi Kemahasiswaan Fakultas dan Departemen.

Melalui LKMM #1 mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi critical thinking, complex problem solving, creativity & innovation, collaboration, dan leadership sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Selain itu, mahasiswa juga diberikan pemahaman mengenai bagaimana memecahkan suatu masalah di sebuah organisasi.

“Mahasiswa, baik secara organisasi maupun individu, harus memiliki dan mengembangkan karakter kepemimpinan (critical thinking and problem solving, creativity, communication, collaboration, dan confidence) yang kuat agar bisa menjadi the future leader yang kompeten,” ujar Dekan Fahutan IPB.

Pada kesempatan ini Erik Syamsul Rizal (Abi Erik) membawakan topik tentang “Generasi Mulia Indonesia” yang salah satu poinnya adalah skill yang dibutuhkan agar mampu menjadi pemimpin yang berpengaruh. Menurutnya, dalam membangun generasi mulia dibutuhkan softskill seperti kreativitas, integritas, dan berorientasi pada solusi.

“Orang yang memiliki kejujuran dan integritas adalah orang yang merdeka, karena tidak ada satu orang pun yang dapat mempengaruhi dirinya” ujarnya.

Pada pelatihan ini juga dilakukan focus group discucssion (FGD) yang terbagi ke dalam 8 kelompok, dimana setiap kelompok diberikan permasalahan yang biasa terjadi di sebuah organisasi. Solusi dari kelompok satu dan delapan terhadap permasalahan “banyaknya anggota yang kurang aktif” yaitu perlu menggali informasi terlebih dahulu dan mengetahui permasalahannya. Solusi dari kelompok dua dan tujuh terhadap permasalahan “masih adanya gap di organisasi,” yaitu perlu menguatkan internalisasi antar anggota.  Sementara itu, solusi dari kelompok tiga dan enam terhadap permasalahan “belum terbangunnya SDM yang berkompeten,” yaitu kenali terlebih dahulu potensi, minat, dan bakat dari setiap orang. Terakhir solusi dari kelompok empat dan lima terhadap permasalahan “kurangnya antusiasme peserta di masa pandemi,” yaitu membuat suatu metode komunikasi yang lebih menarik.

Narasumber:  Erik Syamsul Rizal, S.Hut, MM

Keyword:  Mahasiswa, Kehutanan dan Lingkungan, IPB University

SDGs: SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 17 – PARTNERSHIP TO ACHIEVE THE GOAL

04 Mar 2022

Pelepasan Rusa di Taman Konservasi IPB University

Bogor, 24 Februari 2022 | Sebanyak 5 Ekor Rusa ditempatkan di Taman Konservasi IPB University, Pelepasan Rusa secara perdana ini dilakukan oleh Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi, Ketua Agriantia IPB University  Retno Widayawati, SP., Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS dan Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS.

01 Mar 2022

Guru Besar IPB University Ungkap Penurunan Luas Lahan Hutan Selama 20 Tahun

Hutan adalah kunci untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Namun dalam prakteknya pengelolaannya tidak lepas dari berbagai permasalahan, termasuk sektor kehutanan di Indonesia. Keberadaan Sumber Daya Hutan (SDH) di Indonesia mencakup wilayah yang sangat luas. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan tuntutan pembangunan, luas hutan semakin berkurang.

Dalam Konferensi Pers Orasi Pra Ilmiah Guru Besar, Prof Muhammad Buce Saleh, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup IPB University mengungkapkan penurunan tutupan hutan Indonesia selama 1990-2020.

Di Pulau Sumatera terjadi penurunan sebesar 18 persen, Pulau Jawa sebesar 9 persen, Pulau Kalimantan sebesar 20 persen, Pulau Sulawesi sebesar 14 persen, Pulau Maluku sebesar 10 persen, Pulau Bali Nusa sebesar 17 persen dan Pulau Papua sebesar 7 persen. “jelasnya. 

Ditambahkannya, skenario perencanaan pemanfaatan SDH Indonesia dalam perspektif waktu 2005-2025, diperkirakan akan mengalami penurunan luas tutupan hutan sebesar 20 persen pada tahun 2025. Tren ini diperkuat oleh data penurunan tutupan hutan untuk tahun-tahun mendatang. periode 1990-2020 sekitar 19 persen. Berdasarkan uraian tersebut, keadaan SDH Indonesia dalam 20 tahun ke depan (2005-2025) akan berada dalam tiga skenario.

“Yaitu, Skenario Pesimis, Skenario Sedang dan Skenario Optimis. Skenario pesimis dimana kondisi kawasan hutan akan berkurang 20 persen dan konflik masih akan berlanjut. Skenario Sedang dengan syarat luas hutan akan berkurang 20 persen, namun konflik dapat diselesaikan. Jadi, luas tutupan hutan kemungkinan lebih besar dari luas hutan,” jelasnya.

Sedangkan Skenario Optimis, lanjutnya, dimana kondisi kawasan hutan dapat dipertahankan dan konflik dapat diselesaikan. Skenario optimis merupakan kondisi yang sangat ideal. Hal ini dimungkinkan jika kita mencegah pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada SDH.

“Hasil analisis seluruh skenario SDH Indonesia ke depan dan semua alternatif arah pemanfaatannya menunjukkan bahwa skenario yang paling memungkinkan adalah Skenario Sedang. Arahan pemanfaatan SDH diprioritaskan untuk usaha kecil, baik di hutan alam maupun hutan tanaman. Sedangkan bisnis skala besar yang sudah ada didorong untuk memiliki kinerja yang baik,” ujarnya.

Menurutnya, skenario dan arahan pemanfaatan SDH Indonesia di atas hanyalah gambaran kecil dari pelaksanaan penataan ruang. Dalam dekade mendatang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin pesat. Tantangannya adalah kemampuan pemanfaatan iptek dalam penataan ruang SDH agar lebih transparan, partisipatif, dan kolaboratif.

“Namun, penerapan teknologi saja belum mampu menyelesaikan masalah pengelolaan SDH. Pengetahuan atau bidang ilmu lain seperti ilmu sosial, ekonomi dan politik sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Menurutnya, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi penginderaan jauh (remote sensing), Sistem Informasi Geografis (SIG) dan teori pengambilan keputusan akan sangat dibutuhkan. sangat mendukung perencanaan tata ruang SDH.

“Perkembangan penelitian dalam inventarisasi hutan berbasis penginderaan jauh sudah banyak yang dicapai. Mulai dari perbaikan teknik klasifikasi, degradasi dan deforestasi hutan, pendugaan parameter tegakan, pendugaan kandungan karbon dan biomassa hutan, pendugaan produktivitas hutan dan pertumbuhan hutan, serta studi segmentasi berdasarkan objeknya,” jelasnya.

Ia menyampaikan, kegiatan monitoring SDH juga sangat terbantu dengan perkembangan teknologi Geographic Information System (GIS). Melalui teknologi ini, basis data spasial dapat dibangun secara akurat berdasarkan peta dan data inventaris deret waktu. Hal ini memungkinkan untuk memantau perubahan lanskap setiap saat. Sementara itu, keberadaan SDH yang terukur, termasuk hubungannya dengan lingkungan sekitar, memerlukan perangkat perencanaan dan evaluasi yang komprehensif/komprehensif). “Maka dibutuhkan teori pengambilan keputusan dalam merumuskan keputusan yang lebih konsisten dan objektif,” ujarnya. (Zul)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/02/professor-of-ipb-university-reveals-the-decline-in-forest-land-area-for-20-years/01ad64bf73f4a3ea664573135485ad7a

10 Feb 2022

Dosen DHH meraih Top 100 Ilmuan Indonesia di Bidang Pertanian dan Kehutanan 2022

Selamat dan Sukses atas prestasi dosen pengajar Departemen Hasil Hutan sebagai Indonesia Top 100 Agriculture and Forestry Scientists 2022 berdasarkan adscientificindex.com

1. Prof. Fauzi Febrianto (Peringkat 23)

2. Prof Yusuf Sudo Hadi (Peringkat 33)

3. Dr. Dede Hermawan (Peringkat 71)

4. Prof. Dodi Nandika (Peringkat 76)

5. Prof Imam Wahyudi (Peringkat 83)

Sumber : https://dthh.ipb.ac.id/9970-2/

07 Feb 2022

Himpunan Alumni FAHUTAN IPB Kokohkan Rencana AKSI

“Rimbawan harus bermanfaat bagi semua orang”, begitu ujar Kang Bambang Hendroyono (Kang Bahen), Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB (HA-E IPB) dalam sambutannya ketika membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DPP HA-E IPB di Bogor (6/2).

Kang Bahen menekankan bahwa HA-E IPB harus menjadi organisasi yang memberikan kebaikan untuk anggota HA-E IPB dan untuk semua. Arahan ini sejalan dengan himbauan Dewan Pengawas HA-E IPB yang diwakili oleh dari Kang Rinekso Soekmadi, bahwa HA-E IPB harus menjadi organisasi yang muda, organisasi yang selalu menatap ke depan, ‘think ahead, think again, and think across. Arahan tersebut juga diperkuat oleh Kang Nandi Kosmaryandi selaku Wakil Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, yang menyampaikan bahwa sinergi yang selama ini sudah berjalan erat antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dengan HA-E IPB harus diperkuat lagi.

Sebagai penutup sambutan, Kang Endro Siswoko selaku anggota Dewan Penasehat HA-E IPB menyampaikan bahwa Rimbawan harus selalu muda atas dan bawah, meski umur sudah ditentukan. Semangat ini mendapatkan sambutan meriah dari peserta Rakernas yang dilakukan secara hybrid melalui pertemuan luring di IPB International Convention Center dan dikombinasikan dengan pertemuan daring melalui kanal Zoom.

Sekretariat baru HA-E IPB yang disebut sebagai Rumah ASIK juga diresmikan dan dilaporkan perkembangannya. Berbagai kebutuhan Rumah ASIK mulai dari persewaan rumah serta perlengkapan kegiatan HA-E IPB diadakan secara gotong royong dari setiap angkatan. Rumah ASIK, selanjutnya diharapkan dapat menjadi menjadi hub utama kekerabatan antar alumni anggota HA-E IPB.

Pada acara Rakernas DPP HA-E IPB ini, setiap bidang kegiatan operasional DPP menyampaikan rencana program dan kegiatan yang disusun untuk periode 2021-2024, mulai dari penguatan korsa dan semangat rimbawan untuk semua alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB di manapun mereka berada, muali dari tingkat rumah tangga sampai di tempat mereka berkarya.

Rakernas ini dihadiri oleh sekitar 100 alumni yang hadir secara luring dan 60 alumni yang hadir melalui kanal daring. Mereka mewakili pengurus DPP, Dewan Pengawas, Dewan Penasehat, Komisariat Daerah, dan Perwakilan Angkatan HAE-IPB. Meskipun tidak semua peserta bertatap muka secara langsung, jargon Fahutan ASIK tetap menjadi semangat dan menyatukan semua khalayak.

Sumber : http://www.fahutanipb.com/himpunan-alumni-fahutan-ipb-kokohkan-rencana-aksi/

12 Jan 2022

Dr Hendrayanto Jelaskan Efektifitas Sumur Resapan di Perkotaan

Dr Hendrayanto, dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Fahutan) juga menjelaskan efektivitas sumur resapan dalam mengurangi kelebihan air hujan. Dikatakannya, efektivitas resapan yang dibutuhkan pada kapasitas sumur resapan relatif terhadap kelebihan air hujan.

“Kapasitas sumur resapan ditentukan oleh volume dan luas permukaan resapan, laju penyerapan permeabilitas tanah, dan tinggi muka airtanah,” jelas Dr Hendrayanto.

Ia juga menjelaskan, luas permukaan resapan sama dengan luas total bagian sumur yang tidak kedap udara. Namun luas dasar sumur resapan yang tidak kedap udara lebih berpengaruh terhadap kapasitas resapan dibandingkan dengan dinding sumur yang tidak kedap udara.

Dr Hendrayanto menekankan bahwa laju infiltrasi atau permeabilitas tanah penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan jika permeabilitas tanah rendah, maka kapasitas sumur resapan lebih dipengaruhi oleh volume sumur resapan, dan air yang tertampung oleh sumur resapan akan disimpan dalam sumur resapan dalam waktu yang lama. Hal ini memunculkan isu “sumur resapan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk”.

“Permeabilitas sumur resapan akan semakin menurun seiring berjalannya waktu, akibat banyak partikel halus (tanah liat) yang menutup pori-pori,” ujarnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, kata Dr Hendrayanto, sumur resapan perlu dirawat agar permeabilitas tanah tetap terjaga. Ia menjelaskan, kedalaman sumur perlu memperhatikan kedalaman muka air tanah. Karena itu, jangan sampai sumur resapan malah terisi air tanah.

Dr Hendrayanto juga menyebutkan penerapan sumur resapan di perkotaan. Terutama yang berada di dekat pantai yang umumnya memiliki kedalaman tanah dan muka air tanah yang dangkal. Juga kedap udara terhadap terjadinya penutupan tanah oleh material yang terbawa udara sehingga ketersediaan ruang sebagai lokasi sumur resapan yang berfungsi secara efektif menjadi terbatas.

“Banjir di Jakarta akibat luapan sungai-sungai yang berasal dari luar DKI Jakarta tidak akan cukup dikendalikan oleh sumur resapan di wilayah Jakarta, diperlukan opsi lain, serta banjir rob,” kata dr Hendrayanto.

Dosen IPB University itu mengatakan, untuk melakukan upaya pengendalian banjir secara efektif, perlu diketahui lebih baik sumber air penyebab banjir. Dalam hal ini, kata dia, data hujan, drainase alami seperti sungai, saluran drainase (buatan), permeabilitas tanah, permeabilitas tanah, luas permukaan kedap udara, hidrogeologi, dan lokasi yang pernah mengalami banjir perlu diketahui sebagai bahan pembangunan.

Menurut dia, informasi tersebut tidak hanya dibutuhkan untuk pembangunan sumur resapan, tetapi untuk semua tindakan yang terkait dengan pengendalian banjir.

“Sumur resapan menjadi salah satu alternatif dalam upaya pengendalian banjir. Dalam kondisi tertentu tidak cukup hanya mengandalkan sumur resapan, namun perlu memadukan upaya lain, antara lain rekayasa sosial budaya, bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan provinsi terkait wilayah hulu dan hilir sungai, daerah aliran sungai. ,” jelas dr Hendrayanto.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk membangun sumur resapan di suatu kawasan, diperlukan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Dijelaskannya, perlu diketahui sumber air penyebab banjir, data hujan, jaringan sungai (buatan), saluran (buatan), permeabilitas tanah, luas permukaan kedap udara, hidrogeologi, dan kualitas udara resapan. Data tersebut akan digunakan untuk pengembangan sumur resapan yang telah dilakukan dan upaya pembuatan sumur resapan selanjutnya. (SMH) (IAAS/YHY)

13 Dec 2021

Dr Bramasto Nugroho Sebut Penguatan Kelembagaan Sangat Penting Untuk Penetapan Standar Perlindungan Konsumen

Prof Bramasto Nugroho, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Fahutan) mengatakan penguatan kelembagaan cukup menantang. Apalagi dengan hadirnya Pusat Sertifikasi Industri yang merupakan lembaga dalam melakukan sertifikasi mutu benih.

Hal tersebut ia sampaikan dalam Webinar “Pengembangan dan Pemanfaatan Standardisasi Bibit dan Pembibitan Tanaman Hutan untuk Mendukung Pembangunan Hutan Lestari”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Standardisasi Perangkat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dan Puslitbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, (09/12).

Dalam kegiatan ini beliau memaparkan tentang investasi dalam pertumbuhan pohon, baik untuk produksi, konservasi, rehabilitasi maupun untuk kepentingan lingkungan. Menurutnya, butuh waktu lama untuk menghasilkan manfaat sebagaimana dimaksud. Investasi awal ditentukan oleh kualitas benih dan benih yang berkualitas.

“Akan sangat tepat jika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memprakarsai atau berperan dalam mengembangkan standar tersebut. Intinya adalah untuk melindungi konsumen. Konsumen ini bisa publik, pemerintah, swasta atau swasta dan petani untuk melindungi investasi mereka,” katanya.

Menurutnya, hingga saat ini SNI (Standar Nasional Indonesia) masih menjadi acuan dalam memproduksi benih hingga benih tanaman hutan. Yang masih menjadi masalah adalah implementasinya yang tidak seragam. Pengaturan standar di dalamnya dan penguatan kelembagaan yang diperlukan masih akan dibahas.
Ia mengatakan, setidaknya ada lima tahapan dalam penguatan kelembagaan. Ini termasuk analisis dan diagnosis kerangka kelembagaan yang diteliti, analisis dan diagnosis organisasi di lembaga yang dipelajari, desain perubahan atau perbaikan kelembagaan dan organisasi, implementasi dan pemantauan dan evaluasi.

Menurutnya, perlu juga mendiagnosa efektivitas kebijakan untuk beberapa standar. Dalam prosesnya ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Yaitu bagaimana standar dikomunikasikan secara konsisten kepada pengguna. Efektivitas ini juga ditentukan oleh sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Dia menilai Standard Operating Procedure (SOP) masih menjadi tekanan bagi organisasi.

Ia menambahkan, para pengambil kebijakan juga harus memahami prinsip-prinsip penguatan kelembagaan. Artinya, mereka harus fokus pada hasil dan harus memahami pentingnya standardisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas. Kuncinya adalah pada arah perbaikan dan penguatan untuk memastikan keberhasilan penerapan standar
“Memang dalam memperkuat lembaga ini perlu melibatkan pemangku kepentingan. Selain itu, data dan informasi yang akurat dan berkualitas harus tersedia untuk mencegah perbedaan hasil. Dan membangun institusi ‘baru’ yang bisa diprediksi sehingga pengguna mau mengacu pada standar yang berlaku,” ujarnya.(MW/Zul)

13 Dec 2021

Mahasiswa IPB University Raih Juara 1 dan Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Populer

Mahasiswa IPB University Raih Juara 1 dan Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Populer Mahasiswa Kehutanan 2021

Kali ini dari Lomba Karya Tulis Ilmiah Populer Mahasiswa Kehutanan 2021 yang bertemakan Multibisnis Kehutanan: Mewujudkan Kebangkitan Sektor Kehutanan yang Kompetitif dan Berkelanjutan. Dari kompetisi ini, ada dua tim mahasiswa IPB University dari Jurusan Pengelolaan Hutan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang mempersembahkan juara 1 dan 3.

Prasetya Irawan, Risti Aji Wahyuningtyas dan Ahmad Armansyah di bawah bimbingan Fitta Setiajati, SHut, MSi meraih Juara 1 dengan karyanya yang berjudul The Modern Forestry Multi-Business Model dengan Konsep Innovative Start Up Company. Mereka mengangkat topik ini setelah melihat proses bisnis di sektor kehutanan masih menggunakan cara lama. Oleh karena itu, diperlukan suatu struktur pemikiran dan cara-cara perusahaan agar lebih adaptif dengan perkembangan zaman.
“Oleh karena itu, kami mengusung konsep start-up karena model perusahaan start-up inovatif identik dengan inovasi, kekinian, mengikuti perkembangan zaman dan memiliki model bisnis yang berbeda. Intinya pembangunan outdoor gym di hutan, jogging track , hotel dan rumah sakit di hutan, pernikahan hutan, affiliate marketing, solusi jastip, outbond, pelatihan kepemimpinan, kemitraan UMKM, pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain,” kata Prasetya.

Mahasiswa IPB University ke-56 ini juga memandang perusahaan kehutanan memiliki lahan yang luas, sehingga harus dioptimalkan dengan strategi dan inovasi yang out of the box.
“Sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Menggunakan konsep bisnis yang lebih modern, ramah anak muda, seperti perusahaan rintisan,” imbuhnya.

Menurutnya, penghargaan ini sangat berkesan bagi kedua tim mahasiswa dan menambah semangat untuk terus mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.
“Semoga ide dan gagasan yang kami bentuk dapat bermanfaat dan berkontribusi bagi pembangunan negara di masa mendatang,” kata Prasetya.

Juara 3 diraih oleh tim yang terdiri dari Nadia Salsabila Candra Kerti, Manisyah, dan Feni Amyar Aningtiyas. Mereka mengusung judul Agrosilvofarmaka dan Penerapan Sistem Pemasaran Digital untuk Menarik Investor.
Menurut Nadia, topik ini dilatarbelakangi oleh pengawasan Izin Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang hanya dilakukan oleh pemerintah pusat. Sehingga pengelolaan lahan kurang transparan kepada masyarakat.

“Melalui PBPH, setiap perusahaan hanya diperbolehkan memiliki satu izin untuk mengelola lahan seluas 50.000 hektar di luar Papua dan 100.000 hektar di Papua. Sehingga pengusaha perlu berinovasi untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan. Masalah lainnya adalah belum adanya jaminan pasar bagi pelaku multi usaha kehutanan, sehingga diperlukan sistem pemasaran dengan jangkauan yang lebih luas,” jelas Nadia.

Nadia dan kawan-kawan menawarkan konsep agrosilvofarmasi dengan sistem pemasaran digital. Agrosilvofarmaka adalah sistem agroforestri yang memadukan komponen kayu, tanaman pangan dan tanaman obat sebagai tanaman sela pada sebidang tanah yang dilakukan secara bersamaan atau bergiliran untuk memperoleh manfaat ekonomi dan lingkungan.

“Praktik ini kemudian dibarengi dengan sistem digital marketing. Yakni dengan menerapkan Market Information System (MIS) yang dipadukan dengan skema e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas. SIM ini memudahkan petani atau pengelola agrosilvofarmasi untuk berinteraksi langsung dan bertransaksi dengan konsumen secara real-time. Sistem yang transparan dan akses yang mudah dapat membuka peluang bagi investor untuk datang,” ujarnya.

Kompetisi ini merupakan bagian dari Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Hutan Indonesia Tahun 2021 dengan tema Mewujudkan Ekosistem Usaha Kehutanan Baru yang Kompetitif dan Berkelanjutan setelah UU Cipta Kerja 2021. (Isni/Zul) (IAAS/SYA)