Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

0251- 8621677

fahutan@apps.ipb.ac.id

Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680
04 Jul 2022

MENUNJANG GENERASI EMAS LEWAT KEGIATAN RIMBAWAN MENGAJAR (RIMBAJAR) DI DUSUN CISALADA, DESA PURWABAKTI, KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

Semangat untuk menempuh pendidikan sangat penting dimiliki oleh setiap anak-anak. Dengan semangat inilah anak-anak mampu untuk terus mau belajar hingga mencapai cita-cita yang diharapkan. Hal inilah yang mendorong Departemen soslinghut (Sosial, Lingkungan Hidup, dan Kehutanan) BEM Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB tahun 2021/2022 bersama Bu Indah perwakilan dari pengajar di SDN Ciasmara 05 melaksanakan program kerja pengabdian masyarakat berupa RIMBAJAR (Rimbawan Mengajar) kepada anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) Dusun Cisalada, Desa Purwabakti, Kec. Pamijahan, Kab. Bogor pada 24, 25, 26 Juni 2022. Kegiatan ini mengusung tema “Semarak Pengabdian Rimbawan dalam Menunjang Pendidikan Guna Membangun Generasi Emas di Lingkungan Desa Hutan”. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 50 anak-anak dan dilaksanakan oleh tiga puluh enam mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran terbagi dalam bidang akademik, kesehatan, dan lingkungan.

Pada hari Jumat, 26 Juni 2022 kegiatan Rimbajar (Rimbawan Mengajar) berfokus pada pendidikan di bidang ilmu dasar yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA. Materi yang digunakan disesuaikan sesuai dengan tingkatan kelas yang ada yaitu untuk tingkat 1-3 sekolah dasar (SD) fokus pada penjumlahan dan pengurangan dengan soal ilustrasi lewat cerita. Kemudian untuk tingkat 4-6 sekolah dasar (SD) fokus pada perkalian dan pembahoan dengan soal ilustrasi lewat cerita. Pada hari kedua yaitu Sabtu, 25 Juni 2022 pelaksanaan kegiatan berfokus pada bidang kesehatan, mengingat adanya pandemic COVID-19 sehingga masih diperlukan sosialisasi dan aksi dalam bidang kesehatan. Hari ketiga pada Minggu, 26 Juni 2022 kegiatan bermain sambil belajar di alam terbuka. Anak-anak melakukan penjelajahan di lingkungan sekitar kemudian melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk lukisan. Dalam setiap harinya kegiatan dilaksanakan dengan metode belajar sembari bermain, harapannya melalui kegiatan ini anak-anak Dusun Cisalada memahami bahwa belajar adalah suatu hal yang menyenangkan.

Kegiatan RIMBAJAR ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata yang dapat merealisasikan kesadaran, kepedulian, serta mengembangkan minat dan bakat mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor melalui mentoring dan turun lapang untuk mengajar di desa. Kegiatan ini juga berkaitan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SGDS) no. 4 yaitu Quality Education. Harapanya kegiatan RIMBAJAR (Rimbawan Mengajar) mampu meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia dalam bidang pendidikan anak sekolah dasar (SD) sehingga mampu meningkatkan daya saing Indonesia dalam mendukung SDGs 2030. (wta)

Keyword: Rimbajar, Rimbawan, Mengajar, Dusun Cisalada, Pendidikan, Pengabdian

SDGs: SDG 4 – Quality Education

01 Jul 2022

IPB University Luncurkan Sistem Informasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (SIPP Karhutla) – SMART Patrol Information System

IPB University Luncurkan Sistem Informasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (SIPP Karhutla) – SMART Patrol Information System, Peluncuran SIPP Karthutla dilakukan oleh Rektor IPB University, Prof Arif Satria disaksikan oleh Dekan FMIPA IPB University, Dr Berry Juliandi, Wakil Kepala Bidang Penelitian LPPM IPB University, Prof Sugeng Heri Suseno, Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Dr Naresworo Nugroho,  Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, R Bassar Manullang, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanthi, Perwakilan dari  LPDP, Triyoga Adi Perdana dan Officer in Charge ITTO, Dr Hwan-Ok MA.

Rektor IPB University menyampaikan  SIPP Karhutlaini adalah terobosan IPB University yang bisa memecahkan nasalah dengan teknologi. Sistem ini, sebutnya, juga bagian dari early warning sistem untuk memprediksi masa depan dalam hal  upaya mencegah kebakaran hutan. Rektor menambahkan dalam mengelola sumberdaya alam saat ini harus dipecahkan dengan teknologi 4.0 sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memprediksi secara presisi.

Sistem ini dibangun sebagai alat bantu dalam mendukung pelaksanaan patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.  Tim peneliti terdiri dari Prof Imas Sukaesih Sitanggang, Prof Lailan Syaufina, Dr Hendra Rahmawan, Rina Trisminingsih, MT, Firman Ardiansyah, MKom, WulandariMAgrSc, dan Deny Ramdhany, S.Komp.

Peluncuran Sistem Informasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (SIPP Karhutla) – SMART Patrol Information System ini dilakukan sekaligus dengan digelarnya Seminar Nasional Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan yang bertajuk Kebijakan, Pendekatan Sosial, Dan Inovasi Teknologi, diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB University dengan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan didukung oleh International Tropical Timber Organization (ITTO) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Acara diselenggarakan di IPB Internasional Convention Center, 29-30/6.

Pengembangan sistem ini dilakukan oleh Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University. Pengembangan sistem juga bekerja sama dengan Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Balai PPIKHL) Wilayah Sumatera, Balai PPIKHL Wilayah Kalimantan dan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan – Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Dr Berry Juliandi menyampaikan selain sistem telah diujicobakan  di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Saat ini katanya, inisiasi penggunaan SIPP Karhutla – SMART Patrol Information System juga dilakukan di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Prof Imas mengklaim, penggunaan SIPP Karhutla – SMART Patrol Information System telah terbukti mendukung pelaksanaan dan pelaporan kegiatan patroli pencegahan karhutla di lapangan secara lebih efektif dan efisien.

Ketua Tim Peneliti, Prof Imas Sukaesih menerangkan, SIPP Karhutla – SMART Patrol Information System terdiri dari aplikasi mobile untuk pencatatan data patroli karhutla, Sistem Manajemen Basis Data untuk mengelola data patroli karhutla, dan aplikasi berbasis web untuk pemantauan secara real time kegiatan patroli, manajemen pengguna, pelaporan, dan analisis data spasial patroli karhutla, “ jelasnya.

Dosen IPB University itu mengaku, penggunaan SIPP Karhutla telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim No. P.10/PPI/SET/KUM.1/12/2020 tentang Tata Cara Penggunaan Sistem Informasi Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (SIPP Karhutla). Peraturan tersebut sebagai acuan dalam penggunaan SIPP Karhutla untuk mendukung kegiatan patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.  “Sistem ini telah digunakan dalam mendukung pelaksanaan patroli pencegahan karhutla di Daerah Operasi (Daops) Manggala Agni di wilayah Sumatera dan Kalimantan,” ungkapnya.

“Pembangunan dan pengembangan SIPP Karhutla – SMART Patrol Information System ini turut didukung pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan dan Kegiatan Kerjasama KLHK-ITTO PP-A/56-340-1 Capacity Building on Forest and Land Fire Management in Indonesia, “ jelasnya. (*)

Sumber: https://ipb.ac.id/news/index/2022/06/ipb-university-luncurkan-sistem-informasi-pencegahan-kebakaran-hutan-dan-lahan-sipp-karhutla-smart-patrol-information-system/a06777aa010f2dd87feb4497ad17a93a

28 Jun 2022

Pelantikan DPD Himpunan Alumni IPB Sumatera Utara dan Penandatanganan Naskah Kerjasama

Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB menghadiri Penandatanganan kerjasama dilaksanakan di Aula T. Rizal Nurdin Jl. Jenderal Sudirman No 41 Medan bersamaan dengan Pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Himpunan Alumni (HA) IPB Sumatera Utara Sabtu (25/06/2022).

23 Jun 2022

SERTIFIKASI PROFESI GUNA TINGKATKAN KOMPETENSI SILVIKULTURIS

Lembaga sertifikasi profesi (LSP) Agribisnis Ambissi kembali berkolaborasi dengan  Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University menyukseskan Program Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK) 2022 untuk bidang perbenihan tanaman hutan. Perbenihan tanaman hutan merupakan salah satu dari 55 skema sertifikasi kompetensi yang dimiliki LSP Agribisnis Ambissi. LSP Agribisnis Ambissi sendiri merupakan lembaga sertifikasi profesi berlisensi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yang kredibilitasnya tidak lagi diragukan.

Kegiatan asesmen ini diikuti oleh berbagai latar belakang profesi berbeda, yaitu mahasiswa dan dosen Departemen Silvikultur, tenaga pendidik Universitas Hasanuddin, dan beberapa karyawan perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan hutan. Asesmen dilaksanakan dalam 3 skema berbeda dengan kuota masing-masing skema sebanyak 20 orang. Skema tersebut di antaranya yaitu pembuat bibit generatif, pelaksana penanganan benih tanaman hutan, dan pemeriksa mutu benih dengan waktu pelaksanaan berturut-turut pada tanggal 28 Mei 2022, 29 Mei 2022, dan 4 Juni 2022.

Dalam pelaksanaannya, para asesi melakukan 2 sesi ujian -ujian tertulis dan ujian praktik-. Kegiatan secara offline ini dilaksanakan di Ruang Sidang Ulin, Departemen Silvikultur untuk ujian tertulis sedangkan ujian praktik dilaksanakan di dua lokasi berbeda, yaitu Persemaian Permanen Dramaga untuk skema 1 dan Laboratorium Silvikultur Terpadu untuk skema 2 dan 3.

            Manajer LSP Agribisnis Ambissi mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Departemen Silvikultur, “Kami sangat berterima kasih kepada Departemen Silvikultur dan semoga sertifikatnya dapat bermanfaat ke depannya, dan harapan ke depannya mungkin bisa dirancang untuk menjadi tempat uji kompetensi (TUK) tetap yang di Departemen Silvikultur,” ujar Bapak Sunarbowo. Berakhir dan berhasilnya kegiatan ini sudah tentu mengharapkan para asesi mampu menggunakan sertifikat yang didapatkan dengan sebaik mungkin, rangkaian kegiatan sertifikasi pada bidang yang telah dipilih dan diikuti dapat ditekuni dan diterapkan secara profesional.

SDGs:

SDG 4 – Quality Education

SDG 8 – DECENT WORK AND ECONOMY GROWTH

21 Jun 2022

Dosen IPB bocorkan tips seleksi sengon unggul pada Petani di Jawa Timur

IPB University melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) mengadakan program pengabdian Dosen Pulang Kampung 2022 (DOSPULKAM). Dua Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Prof Ulfah Juniarti Siregar dan Prof Noor Farikhah Haneda turut serta dalam program pengabdian tersebut. Selain itu, Bayu Winata S.Hut. M.Si., dosen Departemen Silvikultur juga ikut mendampingi. Saat pelaksanaannya Tim DOSPULKAM IPB bekerja sama dengan Perum Perhutani KPH Kediri, Jawa Timur.

Tiga dosen IPB University tersebut memberikan pelatihan seleksi pohon plus dan pengenalan hama – penyakit tanaman sengon kepada masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) binaan RPH Pandantoyo, Perum Perhutani KPH Kediri, Jawa Timur. Pelatihan dilaksanakan dari tanggal 14 sampai tanggal 15 Juni 2022.

Kegiatan pelatihan ini melibatkan Perum Perhutani, Badan Riset dan Inovasi Nasional, UPTD Perbenihan Tanaman Hutan Prop. Jawa Timur, serta Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Trenggalek sebagai mitra. Kolaborasi antara IPB dan beberapa lembaga tersebut bertujuan untuk memberikan informasi yang komprehensif terkait seleksi pohon plus, penggunaan benih/bibit unggul serta pengenalan hama – penyakit tanaman sengon pada masyarakat desa hutan.

Koordinator Pelatihan, Prof. Ulfah Juniarti mengatakan pelatihan itu diikuti oleh kurang lebih 30 orang yang merupakan anggota LMDH, penyuluh kehutanan CDK Trenggalek, serta staf UPTD Perbenihan Tanaman Hutan Prop. Jawa Timur.

Koordinator Pelatihan Ulfah Juniarti menambahkan, pelatihan seleksi pohon plus dan pengenalan hama – penyakit tanaman sengon itu diharapkan tidak hanya menambah pengetahuan namun juga memberikan bekal ketrampilan kepada pada peserta terkait metode seleksi pohon plus, penggunaan benih/bibit unggul, serta identifikasi hama – penyakit pada tanaman sengon.

“Pelatihan seleksi pohon plus dan pengenalan hama – penyakit tanaman sengon kami lakukan karena banyak anggota LMDH di lingkungan RPH Pandantoyo yang menanam pohon sengon. Selama ini masyarakat menggunakan bibit sendiri atau membeli bibit yang tidak tersertifikasi. Penggunaan bibit sengon yang tidak berkualitas akan menurunkan kualitas hutan tanaman dan otomatis menurunkan produktivitasnya,” kata Koordinator Pelatihan Ulfah Juniarti – (ANU)

Keywords: Dosen Pulang Kampung 2022, Pelatihan, IPB University

SDGs: SDG 15 – Life On Land, SDG 17 – Partnership To Achieve The Goals

20 Jun 2022

Program Kesehatan Mental Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Open Recruitment Sahabat Sebaya

Program Kesehatan Mental, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Sahabat Sebaya Fahutan adalah mahasiswa volunteer (relawan) yang membantu mahasiswa lainnya dalam menemukan alternatif solusi masalah yang dihadapi

Syarat :
Mahasiswa Angkatan 54, 55, 56, 57
IPK Min 2.75

Daftarkan diri anda di Link berikut ini:

https://ipb.link/kesehatan-mental-fahutan-ipb

Salam sehat

17 Jun 2022

IPB University mengajak siswa SMA dan SMK Kediri untuk memajukan pertanian Indonesia menuju Agromaritim 4.0

Senin, 13 Juni 2022 tim dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan memulai rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kediri, Jawa Timur. Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan program Dosen Pulang Kampung 2022 (DOSPULKAM) yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University. Salah satu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan adalah sosialisasi IPB University ke SMAN dan SMKN di Kediri, Jawa Timur.  Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sebagai upaya untuk memperkenalkan IPB University dan inovasinya kepada siswa SMA/SMK di Kediri, terutama kepada siswa-siswi yang akan menentukan pilihannya untuk melanjutkan pendidikan selepas pendidikan menengah atas. Sekolah yang dituju untuk kegiatan sosialisasi ini yaitu SMAN 1 Pare dan SMKN 1 Plosoklaten. Kedua sekolah ini dipilih karena lokasinya yang dikelilingi oleh kawasan hutan Perum Perhutani.

Dalam pelaksanaannya tim IPB University yang terdiri dari dua guru besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan; Prof. Ulfah Juniarti Siregar dan Prof. Noor Farikhah Haneda, serta dosen Departemen Silvikultur, Bayu Winata, S.Hut, M.Si. bekerja sama dengan Perum Perhutani KPH Kediri.  Pihak Perhutani diwakili oleh Administratur KPH Kediri, Rukman Supriatna, S.Hut.,MPar. Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut adalah “Smart Agriculture and Forestry”. Koordinator pelaksana DOSPULKAM, Prof. Ulfah J. Siregar menyayangkan minat anak-anak yang semakin menurun pada sektor pertanian dan kehutanan, sehingga perlu adanya sosialisasi 4.0 di dunia pertanian dan kehutanan.

“Kami ingin memperkenalkan IPB University dengan berbagai inovasinya yang berkaitan dengan smart agriculture and forestry, konsep Agro Maritim 4.0, dan memberikan gambaran akan potensi serta tantangan sektor pertanian dan kehutanan di masa depan. Kami berharap hal tersebut akan meningkatkan kembali minat, motivasi, dan semangat anak-anak muda terhadap sektor pertanian serta bangga menjadi petani-petani milenial, mengingat Indonesia adalah negara agraris”. – ujar Koordinator pelaksana

Sebanyak 400 siswa dari kedua sekolah beserta para guru menyambut dengan baik dan terlihat sangat antusias mengikuti sosialisasi IPB University ini. Frisca (Siswa SMA N 1 Pare) menyatakan “Saya sangat senang sekali mengikuti sosialisasi dari IPB University ini. Kegiatan sosialisasi ini sangat membantu siswa seperti saya yang masih galau mau kuliah dimana dan jurusan apa. Selain itu saya jadi punya wawasan tentang pertanian dan kehutanan modern.”

Keyword: Dosen Pulang Kampung 2022, Sosialisasi, IPB University

SDGs: SDG 4 – Quality Education, SDG 17 – Partnerships for the Goals

02 Jun 2022

Departemen Silvikultur IPB University Undang Profesor dari Spanyol Berbagi Pengalaman Sukses Implementasi Sistem Agroforestri

Departemen Silvikultur (DSVK), Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University berkolaborasi dengan International Collaboration Office IPB University mengundang Prof Ignacio Javier Diaz-Maroto Hidalgo dari Departemen Agroforestry Engineering, University of Santiago de Compostela (USC), Spanyol. Prof Ignacio berbagi pengalaman melalui acara Kuliah Tamu Internasional. Acara dengan tema “Agroforestry System in Spain: Research Status & Challenges” diadakan secara hybrid dari Smart Class Room Fahutan dan Zoom meeting, 25/5.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Ignacio bercerita kesuksesan implementasi sistem agroforestri di Spanyol, utamanya pada area konservasi. Ia mengaku, banyak tantangan yang dihadapi terlebih beberapa ekosistem di Spanyol mengalami desertifikasi.  “Masyarakat lokal juga turut terlibat dalam upaya perwujudan kelestarian sistem agroforestri dengan memperhatikan aspek lingkungan, produksi dan sosial,” katanya.

Acara Kuliah Tamu Internasional ini dibuka oleh Ketua Departemen Silvikultur, Dr Omo Rusdiana dan dipandu oleh Dr Adisti Permatasari Putri Hartoyo selaku moderator. Antusiasme peserta yang tinggi terlihat dari banyaknya peserta yang memberikan pertanyaan juga tanggapan. 

Dr Adisti menyampaikan dengan adanya kuliah tamu internasional ini diharapkan dapat memperluas wawasan keilmuan para peserta terkait implementasi sistem agroforestri di Eropa. Ia menyebut, kuliah ini juga diharapkan dapat menstimulasi terciptanya ide dan inovasi agroforestri di Indonesia, serta memperkuat jejaring dan kerja sama internasional. (*)

31 May 2022

Guru Besar IPB University: Kebakaran Lahan Gambut 100 Persen Akibat Ulah Manusia

Prof Lailan Syaufina, Guru Besar Tetap pada Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University mengatakan bahwa Kebakaran Hutan (Karhutla) itu 99 persen akibat ulah manusia dan 1 persen karena faktor alam.

Dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah, (24/3) dengan materi berjudul Era Baru Pengendalian Kebakaran Lahan Gambut: Inovasi Tekno-Sosio Mitigasi Karhutla, Prof Lailan mengungkapkan beberapa fakta.
“Khusus Karhutla gambut, 100 persen oleh manusia. Mitigasi untuk faktor alam, lebih ditekankan pada pengurangan risiko Karhutla. Tapi yang paling penting adalah mencegah Karhutla oleh manusia,” ujarnya. 

Menurutnya, mitigasi Karhutla ini harus melalui pendekatan sosial, termasuk mencari solusi bagi perambah hutan. Dalam hal ini, penegakan hukum untuk perambahan hutan dapat dilakukan. Selain itu, perlu upaya pemberdayaan para perambah hutan dalam pengelolaan hutan/lahan gambut.

“Selain itu, dalam dua tahun terakhir (2020-2021), luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menurun tajam. Diperkirakan karena adanya pandemi COVID 19 berpengaruh pada penurunan ini. Hal ini didukung dengan penguatan upaya pencegahan Karhutla yang menjadi prioritas kebijakan Pemerintah Indonesia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, berbeda dengan kebakaran lahan non gambut, kebakaran lahan gambut sulit dideteksi dan dipadamkan, karena api menjalar di bawah permukaan.  Dampak kebakaran lahan gambut yang paling signifikan adalah dampak emisi dan kabut asap.  

“Emisi karbon dan emisi partikel kebakaran lahan gambut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebakaran lahan non gambut. Ini karena kebakaran lahan gambut didominasi oleh fase smoldering yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan emisi partikel yang tinggi yang bersatu dengan uap air hasil pembakaran yang menyebabkan kabut asap,” jelasnya. 

Menurutnya, belajar dari kejadian Karhutla pada tahun 2015, Pemerintah Indonesia telah melakukan perubahan paradigma dalam pengendaliannya. Saat ini prioritas pengendalian Karhutla adalah pada pencegahan. 

“Untuk membantu pemerintah dalam upaya pencegahan Karhutla, Tim Riset IPB University telah mengembangkan beberapa inovasi. Antara lain menciptakan sistem yang mampu memprediksi Karhutla gambut dalam waktu dua bulan sebelum terjadi kebakaran. Membuat Peta Kerawanan Karhutla. Peta ini memasukkan unsur gambut dan mengklasifikasikannya dalam empat tipologi,” jelasnya.

Prof Lailan dan tim juga membuat kriteria hotspot sebagai indikator kuat Karhutla, membuat formulasi tingkat keparahan Karhutla, membuat aplikasi mobile dan web Sistem Informasi Patroli Pencegahan Karhutla (SIPP Karhutla), penggunaan IoT (Internet of Things) dalam monitoring lahan gambut untuk dimanfaatkan dalam sistem peringatan dini Karhutla.

Di samping itu, lanjutnya, untuk pendekatan sosial, ada beberapa program yang sudah diimplementasikan. Seperti pembentukan MPA (Masyarakat Peduli Api), Program Desa Mandiri Peduli Gambut, Program Desa Bebas Asap, Program Desa Makmur Bebas Api dan sebagainya. 

“Integrasi antara pendekatan teknologi dan pendekatan sosial dapat dirumuskan sebagai Konsep NO SMOKE (Inovasi Tekno-Sosio Mitigasi Karhutla),” tandasnya. (Zul)

Published Date : 19-May-2022

Resource Person : Prof Prijanto Pamoengkas

Keyword : IPB University, Silvikultur, Guru Besar IPB, Fahutan IPB

SDG : SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 9 – INDUSTRY, INNOVATION AND INFRASTRUCTURE, SDG 15 LIFE ON LAND

20 May 2022

Prof Prijanto Pamoengkas: Silvikulturis Harus Menyikapi Perubahan Vegetasi dan Fokus pada Nilai Hutan yang Berbeda

Pengelola hutan saat ini perlu memahami adanya perubahan vegetasi yang terjadi dan fokus pada nilai hutan yang berbeda. Silvikulturis harus menyikapi perkembangan ini dan menanggapi cepatnya perubahan ekspektasi dan pergeseran paradigma global dalam cara memandang hutan.  Hal ini disampaikan oleh Prof Prijanto Pamoengkas, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah, (19/5). 

Menurutnya, sejak diberlakukan sistem silvikultur tebang pilih dalam pemanfaatan hutan alam, sistem silvikultur tersebut telah mengalami tiga kali penyempurnaan. Yaitu tahun 1989, 1993 dan 2009. Hingga saat ini di Indonesia berlaku empat sistem silvikultur untuk mengelola hutan alam produksi. Yaitu Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ), Tebang Rumpang (TR), dan Tebang Jalur Tanam Indonesia (TJTI) (Kementerian LHK 2021).  
 
“Sistem tebang pilih dengan limit diameter ini hanya akan berhasil jika distribusi ukuran pohon dan permudaan cukup banyak. Apalagi jika penebangan dilaksanakan dengan pengawasan yang sangat ketat. Pada dasarnya sistem TPTI merupakan pemanfaatan dari proses ekologis hutan tidak seumur, mulai dari tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon yang terjadi pada areal bekas tebangan menuju terbentuknya tegakan yang seimbang. Percepatan terhadap suksesi pertumbuhan ini terletak pada komposisi tegakan tinggalnya dan tindakan silvikulturnya,” ujarnya.
 
Menurutnya, sistem silvikultur dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang terdiri atas regenerasi (permudaan), pemeliharaan dan pemungutan hasil yang dilaksanakan secara sistematis pada suatu tegakan sepanjang siklus hidupnya. Selanjutnya, ketiga komponen tersebut dijadikan sebagai komponen kegiatan yang harus ada dalam penerapan sistem silvikultur. Tebang pilih dapat menjurus pada penggundulan hutan saja kalau ketiga komponen silvikultur tersebut tidak diterapkan secara utuh. Kalau ada salah satu komponen yang tidak diterapkan, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai suatu tindakan sistem silvikultur. Dengan kata lain pengelola hutan tidak sedang menerapkan sistem silvikultur.
 
”Oleh karena itu ada tuntutan untuk menghadirkan sistem silvikultur hutan alam yang adaptif dari aspek ekologis dan sesuai dengan karakteristik hutannya,” ujarnya.  Menurutnya, ada empat faktor yang harus dipertimbangan dalam pemilihan sistem silvikultur hutan alam. Yaitu peraturan atau ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait dengan pemilihan sistem silvikultur. Syarat pelaksanaan dari masing-masing sistem silvikultur. Kondisi ekologi areal hutan, terdiri dari tipe hutan, komposisi jenis, struktur tegakan, potensi tegakan dan keadaan permudaan alam. Dan kondisi fisik areal hutan, terdiri dari jenis tanah, kelerengan, ketinggian dari permukaan laut (altitude) dan iklim.
 
Dalam konteks pengelolaan hutan alam produksi, lanjutnya, maka keragaman adaptasi dari jenis yang bernilai komersial i dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan sistem silvikultur. Sebagai arahan dalam pengembangan sistem silvikultur tersebut.
 
“Dari hasil kajian inventarisasi hutan pada suatu areal hutan, ada tiga komponen penting yakni komunitas hutan yang berdasarkan kedekatan komposisi jenis penyusun tegakan, kemiripan antara komposisi jenis yang menyusun tegakan pada level kanopi (tingkat tiang atau pohon) dengan jenis pada level permudaan tingkat semai atau pancang. Dan bentuk sebaran atau distribusi diameter pohon yang menggambarkan status resources,” imbuhnya.
 
Ia menambahkan, salah satu hal penting dalam praktik pengelolaan hutan alam produksi adalah keberhasilan dalam menerapkan sistem silvikultur yang adaptif terhadap kondisi ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
 
“Selama ini konsekuensi ekologis dari permudaan alam yang berkembang pada areal hutan bekas tebangan belum banyak mendapatkan perhatian dari pengambil kebijakan. Padahal kondisi tersebut menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan sistem silvikultur,” tandasnya. (Zul)

Published Date : 19-May-2022

Resource Person : Prof Prijanto Pamoengkas

Keyword : PB University, Silvikultur, Guru Besar IPB, Fahutan IPB

SDG : SDG 4 – QUALITY EDUCATION, SDG 9 – INDUSTRY, INNOVATION AND INFRASTRUCTURE, SDG 15 LIFE ON LAND