Dorong kemandirian penyintas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Mahasiswa IPB University menjalani Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM).

Berpusat di Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin, Kampung Hambaro RT 03/7, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, para penyintas dibekali keterampilan, ilmu pertanian hingga kepercayaan diri agar dapat kembali diterima di tengah masyarakat.

“Berawal dari keresahan kami melihat ODGJ, kami merasa iba dan berempati, mereka sebagai manusia, selalu disisihkan dan dipandang sebelah mata, padahal mereka memiliki hak yang sama seperti kita,” ungkap Ketua Tim PKM-PM IPB University, Fira pada puncak kegiatan tersebut, Ahad,(21/8/2022).

Program ini difokuskan untuk mendorong para penyintas agar dapat hidup tanpa bergantung lagi dengan orang lain, dan hidup secara mandiri dalam kehidupan sosial.

“Program ini juga untuk mengasah kepercayaan diri penyintas dan mengasah kesadaran masyarakat umum agar bagaimana memanusiakan manusia,” jelas Fira.

Lebih jauh Dosen Pembimbing Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Adisti Permata Sari menjelaskan, banyak dari ODGJ yang telah sehat, tidak diterima ketika kembali ke masyarakat akibat kurangnya kepercayaan dan dukungan dari keluarga.

Sehingga, program ini menargetkan para penyintas ODGJ agar dapat bertahan hidup dan diterima dengan bekal yang dimiliki.

“Kami di sini tentunya tidak bisa bekerja secara sendiri, memerlukan bantuan semua stakeholder yang ada, oleh karena itu kami di sini sebagai fasilitator mitra dan masyarakat sekitar,” jelasnya.

Di tempat yang sama, pendiri Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin, Ropiudin Sukarta Dirdja mengapresiasi program mahasiswa IPB tersebut. Selain bermanfaat bagi para penyintas, program ini juga menjadi penyambung antara yayasan dengan pemerintah maupun swasta.

“Manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh kami, namun juga masyarakat petani di desa ini, mereka membagikan bibit pohon buah dan kayu, mudah-mudahan dari perguruan tinggi lain juga terpanggil untuk membantu masyarakat desa ini,” harapnya.

Sejak 12 tahun berdiri, kata Ropiudin, yayasannya telah menyembuhkan 1029 ODGJ. Saat ini, ada sebanyak 105 ODGJ dan 35 Orang Terlantar yang berada di yayasannya. Dengan luas lahan dan fasilitas yang terbatas, dirinya mengharapkan uluran tangan yang perduli akan nasib para ODGJ.

“Sebab ODGJ punya hak yang sama, mereka hanya sedang sakit, butuh arahan dan bimbingan kita, jadi bagaimanapun mereka adalah tanggung jawab bersama. Maka bagi yang perduli, bantu kami dengan cara apapun,” tandasnya.

Editor: Rany