Bedah Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan, ITTO bersama IPB Gelar Lokakarya dan Pameran Inovasi Produk
Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB melalui FORCI menyelenggarakan menyelenggarakan serangkaian kegitan dalam rangka edukasi mengenai produk kayu olahan. Kegiatan tersebut terdiri dari lomba inovasi produk kayu olahan, lomba video edukasi serta lokakarya. Rangkaian tersebut dimaksudkan untuk menjawab mitos terkait permintaan kayu yang merusak hutan dalam rangkaian agenda Lokakarya dan Ekshibisi dengan tema “Permintaan tinggi Hutan Tumbuh: Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan”.
Agenda tersebut diselenggarakan atas kerjasama FORCI Fahutan IPB bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta International Tropical Timber Organization (ITTO) di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB pada Kamis [21/12/2023]. Berbagai kalangan yang berkepentingan dalam agenda tersebut dihadirkan, mulai dari pemerintah, praktisi kehutanan, tenaga pendidik, dan siswa SMA di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten yang mencapai 100 orang.
Inovasi Produk Kayu Olahan Lokakarya dan Ekshibisi “Permintaan tinggi Hutan Tumbuh: Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan” di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB pada Kamis [21/12/2023].
Latar belakang dilakukan penggalian informasi awal tentang seberapa besar potensi penggunaan produk kayu olahan dalam negeri dipicu oleh lesunya tingkat permintaan ekspor produk kayu olahan di luar negeri. Namun untuk mengembangkan pasar dalam negeri terdapat tantangan yaitu maraknya produk substitusi dari kayu seperti penggunaan besi, baja, alumnium. Maka Langkah pertama adalah mengidentifikasi seberapa besar minat konsumen menggunakan produk kayu untuk dijadikan sebagai kosntruksi, mebel ataupun produk kerajinan.
Upaya untuk menelaah seberapa besar minat konsumen mengetahui produk dalam negeri ternyata diliputi oleh maraknya kampanye yang dapat mengubah persepi orang sehingga tidak menggunakan kayu sebagai pilihan utama. Berbagai mitos yang terus berkembang tentu akan berdampak besar terhadap kelangsungan industri kehutanan.
Mitos yang dimaksud pada agenda tersebut adalah berbagai kampanye mengenai pengurangan penggunaan produk kayu olahan karena dapat merusak hutan. Banyak dari kalangan akademisi, Lembaga swadaya masyarakat, dan media yang memberikan argumen bahwa peningkatan permintaan terhadap produk kayu olahan dapat mengakibatkan deforestasi. Argumen tersebut dinilai kurang tepat dan justru menghambat ruang tumbuh industri kehutanan.
Fakta mengenai tumbuhnya hutan rakyat di Jawa Barat menjadi salah satu jawaban yang menunjukan bahwa argumen tersebut kurang tepat. Pada tahun 2010 diketahui luas hutan rakyat di Jawa Barat sebesar 285.826 ha dan pada tahun 2020 dilaporkan bahwa luas hutan rakyat di Jawa Barat mencapai 612.827 ha (Dishut Provinsi Jawa Barat 2022).
“Faktor penyebab rusaknya hutan bukan permintaan yang tinggi, tetapi kejelasan dan property right yang menentukan hutan dikelola dengan baik. Fakta pada hutan rakyat di Jawa Barat menunjukan hal tersebut.” Ujar Sudarsono Soedomo, Guru Besar Fahutan IPB sekaligus pembicara dalam agenda tersebut.
Agenda lokakarya tersebut diramaikan dengan berbagai produk kayu olahan hasil inovasi mahasiswa dan produk UMKM. Peserta edukasi dapat berinteraksi dengan pembuat produk kayu olahan untuk mengetahui informasi berbagai produk yang ditampilkan. Produk tersebut merupakan hasil karya para peserta lomba inovasi produk yang telah diselenggarakan pada 13 Desember – 21 Desember 2023. Peserta kegiatan edukasi terdiri dari siswa, guru, mahasiswa, akademisi, pemerintah, hingga praktisi melakukan penilaian terhadap produk inovasi dengan berkeliling di ekshibisi tersebut.
Lomba inovasi produk kayu olahan membuktikan bahwa produk kayu dapat diubah dan dikreasikan dalam berbagai bentuk, desain, dan kegunaan sesuai dengan preferensi konsumen yang ada. Kegiatan ekshibisi tersebut memiliki tujuan utama untuk mendorong dan membangkitkan kembali ketertarikan publik terhadap produk kayu olahan setelah adanya edukasi mengenai penggunaan produk kayu olahan dapat menumbuhkan hutan.
Sesi tanya jawab peserta Lokakarya dan Ekshibisi “Permintaan tinggi Hutan Tumbuh: Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan” di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB pada Kamis [21/12/2023].
Selain menjawab mitos diatas, agenda tersebut juga menyampaikan hasil riset mengenai minat masyarakat terhadap produk kayu olahan khususnya di Jawa Barat serta ekshibisi inovasi produk olahan kayu.
Karakteristik responden pada riset ini terdiri dari 70,25% responden perempuan dengan umur 26-45 tahun mendominasi dalam mengisi kuesioner di Provinsi Jawa Barat. Responden lebih tertarik untuk memilih menggunakan kayu bila dibandingkan dengan pilihan menggunakan barang substitusi di mana sebanyak 75% responden memberi nilai 8 (27%), nilai 9 (15%) dan nilai 10 (33%) (Data Primer 2023). Hal ini mengindikasikan bahwa saat ini produk-produk dari kayu masih diminati masyarakat.
Selain itu, hasil survey yang dilakukan menunjukkan 70-80% konsumen masih tetap memilih produk kayu olahan untuk furniture, kebutuhan konstruksi maupun untuk produk kerajinan. Hasil tersebut mematahkan asumsi mengenai produk kayu olahan yang dianggap sudah tergantikan dengan barang substitusi seperti plastik dan besi.
Hal lainnya yang dapat disimpulkan dari riset di atas yaitu gender perempuan dapat menjadi target pasar bagi pelaku industri produk kayu olahan. Bila dihubungkan dengan data responden yang memilih produk kayu olahan karena keunggulannya berupa penampilan yang lebih indah (29%) dan ramah lingkungan (28,%) maka preferensi dari gender yang mendominasi yaitu perempuan dapat menjadi salah satu potensi target pasar bagi industri kayu olahan Indonesia.
Penulis: Hana Nur Tsurayya
Editor: Riski Septia Putri