IPB dan ITTO Edukasi Masyarakat tentang Permintaan Produk Kayu dan Peran Pentingnya dalam Menjaga Hutan: Menjawab Mitos Produk dari Kayu Merusak Hutan.
Sesi edukasi pada Lokakarya dan Ekshibisi dengan tema “Permintaan tinggi Hutan Tumbuh: Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan” di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB pada Kamis [21/12/2023].
Prof. Sudarsono Soedomo, (Guru Besar Manajemen Hutan IPB) Beserta tim FORCI IPB telah melaksanakan kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada Masyarakat mengenai cara pandang penggunaan produk kayu olahan yang bersumber dari hutan negara ataupun hutan rakyat. Kegiatan edukasi ini merupakan rangkaian dari kegiatan riset permintaan produk kayu olahan dalam negeri kerjasama antara Fakultas kehutanan IPB dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan International Tropical Timber Organization (ITTO).
Kegiatan ini mengusung tema “Permintaan Tinggi Hutan Tumbuh: Potensi dan Tantangan Produk Kayu Olahan” yang dilaksanakan sebanyak dua kali di dua Lokasi yaitu Bogor dan Banten. Edukasi pertama dilakukan di Kampus IPB Dramaga pada hari Senin [18/12/2023]. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 peserta yang berasal terdiri dari siswa SMA Kelas 10, 11, dan Guru di Jawa Barat. Kegiatan edukasi ini dibuka dengan menampilkan video edukasi hasil peserta lomba edukasi yang merupakan mahasiswa berbagai perguruan tinggi. Peserta lomba memberikan berbagai pandangan mereka melalui video tentang fenomena usaha industri kehutanan.
Selain itu, Peserta lomba juga memberikan informasi publik tentang hutan yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan dan perkembangan industri kecil produk kayu olahan. Rangkaian acara edukasi dihadiri perwakilan dari ITTO seperti Project Manager ITTO Bapak Tetra Yanuariadi, Koordinator Proyek ITTO Dr.Rina Kristianti, S.Hut, MSc, serta Kepala Sub direktorat bina pengolahan dan pemasaran hasil hutan Dr. Sudarmalik.
Prof. Dr. Ir. Sudarono Soedomo, MS Guru Besar Manajemen Hutan IPB saat Menyampaikan materi di SMA Negeri 4 Kota Serang pada Rabu [13/03/2024].
Edukasi kedua dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Serang, Provinsi Banten pada Rabu [13/03/2024]. Kegiatan kedua ini dihadiri oleh 100 siswa beserta guru-guru biologi SMA Negeri 4. Acara ini diawali dengan pertanyaan-pertanyaan menggunakan media slide.doo. Hal ini dilakukan guna melihat pandangan siswa-siswa dan guru sebelum dan setelah dilakukan edukasi terkait cara pandang terhadap produk kayu olahan (produk kehutanan).
Dalam acara ini peserta sangat antusias mendengar penjelasan dari Pemateri, Prof. Sudarsono Soedomo. Peserta kegiatan aktif memberikan tanggapan kepada pemateri. Hal tersebut menunjukan peserta kegiatan mulai berpikir terbuka dan menerima pandangan baru yang berbeda dari pandangan umum soal permintaan produk hutan.
Agenda edukasi ini merupakan edukasi kepada publik khususnya di kalangan siswa dan guru tentang cara pandang dalam penggunaan produk dari hutan. Saat ini masyarakat berpadangan bahwa menggunakan produk kayu, berarti akan merusak hutan. Hal itu dipicu oleh ajakan-ajakan yang kurang tepat seperti “Kertas terbuat dari selulosa yang sumber utamanya kayu. Kayu berasal dari hutan, maka kurangi pemakaian kertas agar hutan tetap lestari.””.
Ajakan tersebut memberikanpersepsi negatif di Masyarakat yang menunjukan seolah-olah penggunaan produk kayu akan merusak hutan. Bahkan berkembang pula dikalangan akademisi bahwa permintaan yang tinggi terhadap produk kayu akan menimbulkan deforestasiMelalui agenda ini Tim FORCI IPB mengajak untuk melihat persoalan secara objektif dan memberikan cara pandang baru, bahwa penggunaan produk kayu olahan justru berpotensi untuk menjaga kelestarian hutan. Prof. Sudarsono Soedomo sebagai team leader riset menjelaskan materinya yang berjudul “Merawat Hutan Melalui Penggunaan Kayu: Melawan Ajakan Sesat”.
Disampaikan bahwa banyak bertebaran slogan-slogan yang menyesatkan tentang hutan salah satunya “kurangi pemakaian kayu agar hutan tetap Lestari” bahkan slogan tersebut dibuat oleh Lembaga yang sangat beken. Menurutnya slogan tersebut merupakan kesalah berpikir yang fatal. Bahkan sejatinya apabila dianalogikan seperti pertanian maka peningkatan konsumsi produk seperti padi akan merangsang penyediaan komoditas tersebut sehingga produktivitas dapat meningkat.
“Warung ayam geprek tidak tutup ketika permintaan terhadap ayam geprek tinggi, justru pemilik warung akan terus meminta ayam dari peternak untuk disuplay ke warung agar usaha ayam geprek terus berjalan. Sama halnya seperti hutan maka apabila produk hutan semakin diperlukan maka usaha-usaha yang berkaitan dengan hutan juga akan ditingkatkan.” Ujar Guru Besar Kehutanan IPB itu.
Prof. Sudarsono Soedomo menyampaikan juga bahwa akar persoalan rusaknya hutan bukan karena permintaan yang tinggi terhadap produk kayu, namun kejelasan property right. Beliau mencontohkan property right di hutan rakyat dengan property right pada hutan negara. Hutan rakyat mengalami pertumbuh di lahan milik pribadi.Hal tersebut dikarenakan kepemilikan atas lahan tersebut Jelas, sehingga petani akan menjaga,merawat, dan memanen hutan sesuai kebutuhan serta akan menanam kembali.
Siklus hutan rakyat tersebut didorong salah satunya oleh harga pasar kayu yang baik. Selain itu, Petani hutan rakyat merupakan otoritas tunggal dalam memutuskan setiap tindakan dalam mengelola hutan di lahan miliknya. Sedangkan Hutan Negara, ada pemegang izin konsesi serta pemerintah yang memainkan peran. Pemegang izin bukan otoritas tunggal yang memiliki hak dalam menentukan setiap tindakan pemanfaatan hutan. Terdapat berbagai bentuk pengawasan dan kontrol pemerintah yang dilakukan untuk memastikan bahwa pemegang izin melakukan kegiatan pemanfaatan hutan dengan benar.
Apakah kemudian hutan negara terus tumbuh dan berkembang dengan berbagai kontrol ketat pemerintah, ternyata tidak juga. Dalam dokumen RPJMN revisi tahun 2019 yang diterbitkan KLHK disebutkan bahwa terdapat areal hutan produksi (hutan negara) yang tidak produktif seluas 40 juta hektar.
“Mewujudkan niat baik perlu pemahamaan ilmu pengetahuan yang benar. Waspadalah terhadap setiap ajakan, yang berniat baik dan mulia sekalipun.” Ujar Prof. Sudarsono Soedomo menutup materinya.
Penulis: Ardya Hwardaya Gustawan
Editor : Riski Septia Putri